Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Prof. Dr. Ir. D.Sungkono menyetujui wacana penghapusan RON88 atau premium yang diusulkan oleh Tim Reformasi Tata Kelola Migas.
Sungkono sudah menyetujui rencana tersebut sejak era kementerian yang lalu.
“RON88 itu kualitasnya tidak bagus, karena bisa menimbulkan kerak-kerak di atas piston, katub, dan busi,” kata Sungkono pada Radio Suara Surabaya, Selasa (23/12/2014).
Dia mengatakan penggunaan RON88 atau premium di Indonesia lebih berdasarkan faktor ekonomi, karena lebih murah.
“Di luar negeri sudah tidak dijual itu RON88,” ujarnya
Guru besar ITS tersebut lebih menyarankan masyarakat untuk memakai pertamax. Itu karena pertamax membuat umur kendaraan lebih panjang daripada menggunakan premium.
“Businya jadi bersih, kilometernya bisa tambah. Temperatur mesin juga 5 sampai 10 derajat lebih dingin temperaturnya,” tambahnya
Dia memberikan contoh efek jangka panjang yang kongkrit dalam menanggapi usulan ini.
“Empat tahun lalu, saya dan teman sama-sama punya kendaraan 100cc. Saat dijual punya saya masih laku tinggi, karena onderdil dan mesinnya masih bagus. Sementara punya temen saya yang pakai premium kondisinya sudah tidak bagus lagi.” jelasnya
Selain efek jangka panjang, Sungkono juga mengatakan sebenarnya Pertamax juga lebih efisien jarak.
“Pertamax bisa 42-43 kilo/liter, premium 38 kilo/liter. Pertamax juga lebih enak dan enteng,” ujarnya
Disinggung dampak Pertamax terhadap lingkungan, dia tidak memungkiri pertamax memang tidak bebas timbal, namun tidak sebanyak premium.
Dia begitu menyarankan pemakaian pertamax kepada masyarakat karena semakin tinggi RON yang digunakan, maka semakin bagus pula kondisi kendaraan tersebut. Selain itu, dia juga menambahkan, bukan kendaraan yang menyesuaikan pemakaian bensin, namun sebaliknya.
“Mestinya mesin-mesin tahun 2005 ke atas sudah harus pakai pertamax,” tegasnya. (dop/ipg)