Pemerintah Indonesia terus berusaha untuk mempercepat peningkatan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista), guna keperluan pertahanan negara. Kementerian Pertahanan yakin, Indonesia mampu memproduksi Alutsista secara mandiri dalam 10 tahun ke depan.
Ryamizard Ryacudu Menteri Pertahanan (Menhan) mengatakan, dengan adanya kerjasama dengan luar negeri, seperti Belanda, Jerman dan Korea Selatan dalam membuat Alutsista, akan membuat Indonesia nantinya mampu memproduksi peralatan pertahanannya sendiri.
Dalam kunjungannya, menghadiri acara peletakan lunas Kapal Perusak Kawal Rudal (PKL) Frigate 105 meter kedua di PT PAL Indonesia, Kamis (11/12/2014), dia juga mengatakan, saat ini Indonesia masih proses transfer teknologi, dan dalam kurun waktu 5-10 tahun kedepan, Indonesia akan mampu menjadi produsen industri pertahan dan senjata secara mandiri.
“Kementerian Pertahanan akan membuat alutsista dalam waktu 10 tahun mendatang secara mandiri. Artinya sekarang bekerjasama dan kita beli dengan proses transfer teknologi,” Ryamizard Ryacudu kepada wartawan, Kamis (11/12/2014).
Dia menambahkan, komitmen pemerintah untuk melakukan modernisasi Alutsista yang tertera dalam minimum essential force akan terus berlanjut sesuai dengan program rencana strategis (renstra) kedua tahun 2015 – 2019 yang merupakan kelanjutan renstra pertama tahun 2010 – 2014.
“Diharapkan 10 tahun kita bisa buat Jet tempur, kalau untuk kapal selam targetnya 5 tahun lagi bisa produksi sendiri,” ujarnya.
Berdasarkan data ahli kelembagaan bidang kerjasama Kementerian Pertahanan, pemerintah membidik sepuluh pengadaan alutsista dari berbagai jenis. Diantaranya, kapal selam, program pesawat tempur KXF-EXF bekerjasama dengan Korea Selatan, tank kelas menengah, panser amfibi, propelan atau bahan bakar roket dan rudal, radar, amunisi kaliber besar, satelit pertahanan, serta pesawat tempur tanpa awak (unmanned combat air vehicle-UCAV) atau kerap disebut drone.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditunjuk sebagai pelaksana yaitu, PT PAL Indonesia melayani pengadaan alutsista matra laut, PT Pindad menyediakan alutsista matra darat, serta PT Dirgantara Indonesia diminta menjadi pimpinan proyek alutsista matra udara.
Ryamizard mengatakan, Kementerian Pertahanan berharap kepada PT PAL Indonesia dengan pembangunan PKR kedua ini dapat mewujudkan kemandirian di dalam pemenuhan Alutsista TNI AL.
“Sebagai BUMN dalam industri pertahanan yang dipercayakan memiliki kemampuan pengadaan Alutsista matra laut, kami harapkan agar pembangunan PKR kedua ini dapat mewujudkan kemandirian di dalam pemenuhan alutsista TNI AL,” ujarnya. (wak/rst)