Warga hingga saat ini masih kawatir luberan lumpur akan menerjang rumahnya. Kekawatiran ini menyusul jebolnya tanggul titik 73b di Desa Kedung Bendo Kecamatan Tanggulangin, Minggu (30/11/2014) pagi kemarin.
“Luberan masih di Desa Kedung Bendo. Jaraknya hanya sekitar 300 meter saja dengan Desa Gempolsari, warga yang tinggal di Gemposari ketakutan,” kata Sulastri, warga Gempolsari saat dihubungi suarasurabaya.net, Senin (01/12/2014).
Di Desa Gempolsari Kecamatan Tanggulangin, saat ini masih ada 25 unit rumah yang dihuni 25 Kepala Keluarga dan 100 jiwa. Mereka mendesak Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) segera melakukan pengerjaan penambalan tanggul titik 73B maupun 68.
“Kalau hujan terus menerus, rumah warga di Desa Kedung Bendo maupun Gempolsari bisa digenangi lumpur,” ujarnya.
Namun Sulastri dan warga lainnya tidak memperbolehkan pengerjaan BPLS membuat tanggul, mempunyai alasan yang logis. Karena, dirinya dan warga yang masih bertahan tinggal di Desa Gempolsari RT 10 RW 2, banyak yang belum menerima pembayaran kekurangan cicilan ganti rugi, termasuk yang belum mendapatkan pembayaran sama sekali dari PT Minarak Lapindo Jaya.
“Sebagaian warga di Desa Gempolsari itu ada yang hanya menerima 20 dan 80 persen dari PT Minarak Lapindo Jaya. Kalau saya dan warga bernama Susilowati, Seger, Astika belum menerima pembayaran sama sekali. Makanya memilih bertahan,” kata dia.
Sulastri berharap BPLS melakukan pengerjaan untuk tanggul titik 73B maupun titik 68, untuk penguatan tanggul saja. Agar luberan tidak sampai ke rumah warga. “Kalau membuat tanggul baru saya kurang setuju. Tapi, kalau memperbaiki tanggul boleh, jika itu bisa,” ujar dia. (riy/fik)