Kondisi ekonomi tahun 2015 masih dipengaruhi faktor dalam dan luar negeri. Misalnya tingkat suku bunga, yang nantinya akan mempengaruhi harga produksi. Hal itu disampaikan Soebagyo, SE pakar ekonomi makro Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.
“Faktornya adalah bank sentral bisa antisipasi dengan menaikkan BI rate untuk mengerem modal keluar. Kalau naik, yang terjadi biaya produksi mahal karena suku bunga akan memicu produksi tinggi,” katanya saat diwawancarai Radio Suara Surabaya, Kamis (13/11/2014) pagi.
Selain itu, tahun 2015 di Indonesia masih ditonjolkan dengan berbagai industri manufaktur, perdagangan dan jasa dan yang berikutnya adalah pertanian.
“Permasalahnya adalah pertanian di Indonesia padat tenaga kerja, sedangkan untuk menaikkan daya beli petani juga susah karena, kebanyakan dari mereka tidak punya lahan pertanian sendiri dan tidak terlindungi UMK,” katanya.
Dia berharap, potensi pertanian di Jawa Timur untuk tahun 2015 mendatang akan terus meningkat dan memberikan dampak positif bagi para petani.
“Kenyataannya, industri pertanian sekarang justru turun dan hanya tejadi pada daerah-daerah subur yang sekarang malah menjadi lahan industri. Kita lihat lumbung padi yang ada di mataraman dan sekitarnya inilah yang masih bisa kita harapkan,” katanya.
Pihak pemerintah, menurut dia, seharusnya turut mendorong agar jantung ekonomi Jawa Timur tetap pada bidang pertanian.
“Syaratnya, harus ada intervensi yang serius dari pemerintah pada sektor pertanian, agar produksi pertanian bisa meningkat,” ujarnya.(ono/ipg)