Tingginya pengangguran lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 11,24 persen.
Menurut Dr. Sri Gunani Partiwi dari tim penyelarasan dunia pendidikan dengan dunia kerja Institut Teknologi Sepuluh November, hal itu terjadi karena kualitas lulusan SMK masih kurang.
“Lulusan SMK ini juga ingin bekerja sesuai di bidangnya, tidak asal bekerja saja,” katanya pada Radio Suara Surabaya, Kamis (6/11/2014).
Lulusan SMK, lanjutnya, didesain sejak awal untuk lebih siap bekerja. Sehingga, bisa jadi hard skillnya siap, tapi soft skill, atittude dan mentalnya tidak siap menghadapi dunia kerja.
“Apalagi usia SMK inikan pinginnya senang-senang dan sudah bekerja. Ada juga SMK yang tingkat penyerapan di dunia kerjanya sangat tinggi. Inilah yang harus di benahi kedepan. Tapi, lagi-lagi tidak semua SMK kualitasnya merata,” ujarnya.
Apapun kondisinya, tambah Sri Gunani, data dari BPS tersebut sangat baik untuk evaluasi dan perbaikan kualitas lulusan dunia pendidikan dalam menghadapi masyarakat ekonomi asean (MEA) 2015 mendatang.
“Jadi, tantanganya kedepan akan lebih berat. Sehingga dari segi hard skill dan soft skill perlu ditingkatkan serta mentalnya juga harus disiapkan untuk memasuki dunia kerja.
Sebelumnya, pihaknya juga pernah melakukan kajian terkait kebutuhan SDM di level SMK. Rata – rata lulusan SMK ada pada level operator, padahal di dunia usaha banyak lowongan. Para pengusaha juga menyatakan lemahnya penyerapan SDM lulusan SMK karena kompetensinya.
“Ini juga PR bagi kita untuk memperbaiki,” tutupnya.(ono/ipg)