Sabtu, 23 November 2024

Tak Cerminkan Identitas Kota, Lambang Surabaya Harus Diganti

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Logo Pemkot Surabaya

Yayasan Peduli Surabaya mendesak pemerintah segera mengubah lambang Kota Surabaya yang dinilai belum mencerminkan potensi kota yang sesungguhnya. Bahkan lambang Surabaya yang bergambar hewan Suro dan Boyo disertai gambar Tugu Pahwalan, ternyata juga tak dilengkapi dengan kalimat atau kata yang mencerminkan bahwa lambang tersebut adalah lambang Surabaya.

“Padahal sesuai Peraturan Pemerintah nomor 77 tahun 2007 tentang lambang daerah disebutkan jika lambang tersebut harus jelas, minimal ada kalimat yang menyertai lambang,” kata Yousri Nur Raja Agam, Ketua Yayasan Peduli Surabaya ketika berbincang dengan suarasurabaya.net, Jumat (31/10/2014).

Dalam PP nomor 77 tahun 2007 khususnya pasal 6, ayat 2, memang disebutkan jika logo daerah harus mengandung isi yang menggambarkan potensi daerah, harapan masyarakat daerah, serta semboyan yang mewujudkan harapan tersebut. Lambang Jawa Timur misalnya, terdapat kalimat yang menandakan jika lambang itu adalah lambang Jawa Timur yaitu adanya slogan “Jer Basuki Mawa Beya”.

Usulan ini, kata pengarang buku “Riwayat Surabaya Rek” ini, sebenarnya sudah disampaikan pada Tri Rismaharini, Walikota sejak 20 oktober 2012. Berbagai pertemuan juga sudah dilakukan.

Pada tanggal 30 mei 2013 atau sehari menjelang peringatan HUT Kota Surabaya, Yayasan Peduli Surabaya juga kembali bertemu dengan Tri Rismaharini dan Mahmud, Ketua DPRD Surabaya (Ketua DPRD saat itu). Tapi pembahasan terkait perubahan juga belum selesai juga.

Menurut Yousri, idealnya, lambang Surabaya minimal harus dilengkapi dengan kalimat “Surabaya” di bawah gambar Tugu Pahlawan. Kenapa kalimat “Surabaya” tidak di taruh di atas?, karena “Surabaya” di atas gambar Tugu Pahlawan sudah digunakan untuk lambang Persebaya. Bedanya, untuk lambang Persebaya di bawah Tugu Pahlawan ditambah gambar bola.

Selain itu, kata “Kota” tidak diperlukan, sehingga cukup kata “Surabaya”. “Kalau ditambah Kota, maka Surabaya tidak akan luwes, padahal Surabaya ini bisa jadi kelak akan menjadi Surabaya Raya yang memungkinkan menjadi provinsi terpisah dari Jawa Timur, jadi menurut saya cukup ditambah kalimat Surabaya, tidak perlu Kota Surabaya,” ujarnya.

Berbeda dengan Yousri, Rasidin Donosuparto, Veteran 45 yang juga pemerhati Surabaya, mengusulkan ada tambahan kalimat “Suro ing Boyo Gayuh Raharjo” di bawah gambar Tugu Pahlawan. Kalimat “Suro ing Boyo Gayuh Raharjo” yang berarti Surabaya yang sejahtera ini, dianggap sudah bisa mewakili dan menunjukkan jika lambang tersebut merupakan lambang Kota Surabaya.

Selain itu kalimat “Suro ing Boyo Gayuh Raharjo” setidaknya juga telah mewakili harapan masyarakat akan kesejahteraan selama tinggal di Surabaya. Dengan adanya kata “Suro ing Boyo Gayuh Raharjo”, maka kalimat “Surabaya” sudah tidak perlu lagi ditambahkan di dalam lambang.

Selain dua usulan ini, setidaknya juga ada beberapa usulan lainnya misalkan adanya penambahan warna merah dan putih di sisi luar perisai lambang Surabaya. Selama ini, perisai lambang Surabaya memang berwarna biru, padahal Surabaya adalah Kota Pahlawan, sehingga untuk menggambarkan identitas sebagai Kota Pahlawan, maka di sisi luar warna biru di tambah warna merah dan putih.

Dari hasil kajian Yayasan Peduli Surabaya, beberapa masyarakat juga menginginkan adanya tambahan gambar bintang yang ditaruh di atas gambar Tugu Pahlawan. Gambar bintang ini dimaksudkan untuk mewakili identitas Surabaya sebagai kota religi.

Tak hanya itu, ada juga usulan untuk menambahkan gambar padi dan kapas yang melambangkan kemakmuran. Tapi dari beragam usulan ini, mengerucut pada tiga usulan utama yaitu menambah warna merah putih, serta menambah kalimat Surabaya atau memilih kalimat Suro ing Boyo Gayuh Raharjo. (fik/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs