Sabtu, 23 November 2024

Larung Sesaji Sebagai Daya Tarik Wisatawan

Laporan oleh Triono
Bagikan

Masyarakat adat di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, menggelar upacara larungan sesaji di Telaga Ngebel di kaki Gunung Wilis, Sabtu (25/10/2014).

Ritual adat yang menjadi puncak rangkaian kegiatan “Grebek Suro” atau peringatan pergantian tahun baru Islam itu mendapat animo besar dari puluhan ribu wisatawan lokal, luar daerah, maupun mancanegara.

Para pengunjung bahkan mengaku sengaja datang ke Telaga Ngebel sejak Jumat (24/10/2014) malam demi mengikuti setiap prosesi menjelang pergantian tahun Islam atau “suroan”.

“Larungan ini dilakukan setiap 1 Muharam. Ini sebagai wujud puji syukur kami warga sekitar Ngebel karena setahun ini telah diberi rahmat rezeki dan keselamatan oleh Tuhan,” kata KRT Hartoto Dwijo Ketua Penitia Larungan yang juga sesepuh Ngebel.

Ia menambahkan, upacara larungan rutin digelar setiap awal tahun baru Islam atau 1 Suro sebagai wujud rasa syukur masyarakat Ngebel pada Tuhan Yang Maha Esa.

Melansir dari Antara Sabtu (25/10/2014), KRT Hartoto Dwijo meyakini, kegiatan tersebut merupakan bentuk untuk “tolak bala” bagi masyarakat Ponorogo, khususnya yang tinggal di sekitar Telaga Ngebel agar dijauhkan dari segala marabahaya.

“Masyarakat di sini mempercayai bahwa dengan adanya larungan, nantinya bakal tidak ada lagi musibah apapun yang akan terjadi di sini, dengan harapan meminta ridho Allah,” imbuhnya.

Prosesi pelarungan ditandai dengan arak-arakan dua tumpeng raksasa yang disebut Buceng Agung dan Buceng Purak oleh sejumlah pemuka adat mengelilingi Telaga Ngebel.

Selesai pawai yang diiringi pasukan berseragam adat ala kerajaan Jawa, buceng agung dari nasi beras merah dan sejumlah buah serta sayuran itu kemudian dilarung di tengah Telaga Ngebel.(ant/ono/tok)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs