Sabtu, 23 November 2024

Hadapi MEA, Beras Organik Lumajang Siap Membidik Peluang Ekspor

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan

Komoditi hasil pertanian dengan label organik, akan menjadi primadona di berbagai pasar modern dengan target komsumen kalangan menengah ke atas. Pasalnya, label organik sejauh ini telah menjadi gaya hidup tersendiri di kalangan masyarakat dengan kemampuan lebih.

Memanfaatkan hal ini, petani di wilayah Kabupaten Lumajang berupaya untuk membidik pasar dengan menawarkan produksi beras yang dibudidayakan dengan pola tanam organik. Dan pasarnya ternyata terbuka lebar, terlebih menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dimana seluruh produk komoditi hasil pertanian akan bersaing bebas di pasaran.

Paiman Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Sabtu (18/10/2013), mengatakan bahwa terbukanya pasar untuk beras organik Lumajang ke berbagai daerah di Jatim, khususnya pasar modern, telah membuka kesempatan tersendiri bagi petani guna meningkatkan kemampuan produksi dan kesejahteraannya.

“Saat ini kami terus memacu petani untuk mengelola lahan pertanian padi organik. Dari 32.350 hektar lahan padi produktif, targetnya separuhnya adalah lahan pertanian padi organik yang bisa memenuhi produksi beras organik dari Lumajang untuk kebutuhan yang lebih luas lagi. Yakni pasar ekspor menghadapi MEA tahun depan,” katanya.

Untuk saat ini, ada 4 kecamatan yang mengembangkan beras organik. Diantaranya, wilayah Kecamatan Sukodono, Lumajang, Jatiroto dan Candipuro. Dipastikan, kedepan ada 15 Kecamatan yang dipacu untuk bisa memproduksi beras organik.

“Sekarang kelompok tani masih spot spot dan belum merata. Meski demikian ini menjadi pilot project yang sifatnya adalah percontohan. Akan tetapi, meski percontohan, setiap hektarnya saat ini mampu memproduksi 6 ton sampai 7 ton beras organik. Ini yang menggembirakan,” ujarnya.

Keunggulan dan keuntungan budidaya padi organik ini, lanjut Paiman, adalah harganya lebih mahal dan pola penanamannya lebih ramah lingkungan karena tanpa penggunaan bahan kimia. Karena keuntunganny ayang lebih banyak inilah, Distan Kabupaten Lumajang tidak hanya padi organik saja. Bahkan pola pananaman organik pada budidaya pisang kirana akan diperluas juga dengan pertimbangan yang sama.

“Karena, pola penanaman organik bisa menggenjot harga jual hasil komoditi lebih mahal. Terlebih menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) mendatang, dimana seluruh komoditi akan bersaing bebas di pasar ekspor. Untuk itu, kita mempersiapkan standarisasi mulai uji kualitas hingga brandingnya,” kata dia.

Agar beras organik bisa terus dikenal dan secara cepat merambat ke seluruh Kabupaten Lumajang, ke luar daerah dan pasar ekspor ke luar negeri, menurut Paiman, perlu dimulai pengenalannya dari internal sendiri. Terutama di kalangan pejabat Pemkab Lumajang baik eselon II, III maupun IV yang diminta untuk mulai mengkonsumsi beras organik.

“Setelah seluruh pejabat mengkonsumsi beras organik, maka kalangan staf akan mengikutinya. Demikian juga masyarakat karena promosi pada dasarnya gethok tular,” bebernya.

Beras organik, lanjut Paiman, saat ini merupakan sebuah kebutuhan meskipun harganya Rp 10 ribu perkilogram. Agar lebih bagus lagi, maka secara formalitas Pemkab Lumajang akan bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) Jember untuk melakukan uji-laboratoris.

Termasuk juga untuk kebutuhan branding atau merek yang sangat dibutuhkan guna pengenalan pasar mendatang. “Bisa jadi brandingnya, Beras Sehat Sigarpun Bulat, misalnya. Tapi yang jelas, yang penting bukan itu tapi kandungan beras itu sendiri. Makanya kandugannya kan bisa diketahui dari hasil uji laboratoris nanti,” demikian pungkas Paiman. (her/fik)

Teks Foto :
– Produk beras organik yang terus digenjot produktivitasnya di Kabupaten Lumajang.

Foto : Sentral FM.

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs