Sabtu, 23 November 2024

Perekonomian Indonesia Lebih Berat di 2015

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Foto: Ilustrasi.

Perekonomian Indonesia akan lebih Berat di tahun 2015. Hal ini ditegaskan Dradjad Hari Wibowo Ekonom dari Sustainable Development Indonesia (SDI), saat menyoroti perkembangan ekonomi global.

Dia mengatakan, pada umumnya, semua negara mengalami hal yang sama dalam menghadapi permasalahan ekonomi. Tetapi khusus untuk Amerika justru ada good newsnya atau berita baik. Sedang Indonesia mendapat bad news nya atau berita buruknya.

“Jadi perekonomian pada 2015 itu akan lebih berat, karena kita lebih banyak bad news nya daripada good newsnya. Good news nya itu adalah pemulihan Amerika,” kata Dradjad kepada suarasurabaya.net di Jakarta,Sabtu (11/10/2014).

Dia menambahkan, Amerika pulih lebih cepat dan lebih besar soal perekonomiannya. Data ketenagakerjaan Amerika bagus sekali untuk employment nya, lebih bagus dari yang diduga. Tetapi untuk Eropa mengalami kejatuhan terutama untuk eksport dan manufacturnya. Sedang Tiongkok dan India mulai pulih, tetapi belum stabil.

“Kita sekarang melihat eksport Jerman itu drop, produksi manufacturing Jerman itu drop, pertumbuhannya lebih lambat. Ini agak mengkhawatirkan. China (Tiongkok) mulai pulih tapi masih belum stabil, India juga demikian,” ujarnya.

Jadi, kata Dradjad, pertumbuhan global ini memang sedikit agak terkoreksi. Disisi lain, pemulihan ekonomi Amerika, membuat dana-dana kembali ke Amerika. Sehingga, memang faktor global kurang menguntungkan Indonesia.

Menurut Dradjad, nilai Rupiah menurun terhadap Dollar Amerika, karena sekarang ini, memang dana-dana Dollar ditarik kembali ke Amerika, dan hal ini juga terjadi di negara-negara lain. Artinya penarikan itu tidak hanya terjadi di Indonesia.

“Kalau dana-dana kembali ke Amerika, artinya apa, Dollar Amerika menguat terhadap seluruh mata uang, termasuk Rupiah. Artinya Rupiah akan melemah. Terus indeks di berbagai negara juga akan mengalami koreksi karena duit/uang itu kembali ke Amerika.” jelasnya.

Sehingga kesimpulannya, kata dia, faktor global kurang menguntungkan untuk Indonesia, ditambah lagi harga komoditas juga cenderung rendah. (faz/wak)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs