Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (8/10/2014) pagi bergerak melemah sebesar 15 poin menjadi Rp12.205 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.190 per dolar AS.
Ariston Tjendra Kepala Riset Monex Investindo Futures di Jakarta mengatakan, lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) yang kembali memangkas outlook pertumbuhan ekonmi global menjadi salah satu faktor mata uang rupiah kembali berada di area negatif.
“Ekonomi negara-negara di Eropa yang cenderung stagnan dan pemulihan ekonomi Jepang yang lebih lemah dari perkiraan telah mendorong IMF untuk memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global,” katanya seperti dikutip Antara.
Ia mengemukakan bahwa IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2014 menjadi 3,3 persen dan 3,8 persen untuk 2015.
IMF memandang pemulihan negara-negara di kawasan Eropa masih akan melemah, pertumbuhan ekonomi Jepang juga masih terkendala oleh kenaikan pajak konsumsi, dan Tiongkok berkutat dengan laju pertumbuhan yang moderat.
“Kendati demikan, IMF terlihat lebih optimis terhadap prospek ekonomi AS. Diharapkan kondisi itu mendorong negara lainnya terbantu dalam memulihkan ekonominya,” katanya.
Reza Priyambada Analis Woori Korindo Securities Indonesia menambahkan bahwa laju mata uang dolar AS juga mendapat sentimen positif dari adanya tuntutan dan keinginan dari beberapa Kepala The Fed di negara bagian untuk menaikkan suku bunga AS (Fed rate).
Kendati demikian, lanjut dia, kenaikan dolar AS itu dapat diimbangi dengan penguatan mata uang yen Jepang setelah bank sentral Jepang (BoJ) tidak mengubah besaran stimulusnya.
“Tetap mewaspadai sentimen yang ada dikarenakan minimnya sentimen yang menopang mata uang rupiah, baik dalam negeri maupun eksternal,” katanya. (ant/dwi/ipg)