Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (1/10/2014) pagi turun 18 poin menjadi Rp12.135 per dolar AS dari posisi terakhir sebelumnya Rp12.117 per dolar AS.
“Sentimen eksternal masih membebani mata uang rupiah. Saat ini laju nilai tukar rupiah belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan seiring masih kuatnya tren kenaikan dolar AS,” kata Reza Priyambada Analis Woori Korindo Securities Indonesia seperti mengutip Antara.
Menurut dia, penguatan dolar AS didukung proyeksi kenaikan data upah tenaga kerja Amerika Serikat.
Di sisi lain, lanjut dia, pergerakan nilai mata uang euro masih mengalami tekanan karena rendahnya inflasi di negara-negara kawasan Eropa.
Data ekonomi di negara-negara kawasan Eropa yang belum membaik itu mendorong harapan Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) untuk meluncurkan stimulus keuangan tambahan.
Data-data ekonomi dalam negeri diharapkan positif supaya bisa menahan sentimen eksternal negatif bagi nilai rupiah.
“Diharapkan rilis data-data Badan Pusat Statistik mencatatkan hasil positif sehingga mampu menahan sentimen negatif eksternal dan mencegah koreksi mata uang rupiah lebih dalam lagi,” katanya.
Reza mengemukakan inflasi September tahun ini diperkirakan berada di kisaran 0,43-0,56 persen berdasarkan rerata inflasi September tahun-tahun sebelumnya.
Neraca perdagangan Indonesia, lanjut dia, juga diperkirakan masih surplus.
Menurut dia, neraca perdagangan Indonesia masih memiliki peluang untuk kembali mencatatkan surplus meski tipis, 32,04 juta dolar AS hingga 60,5 juta dolar AS. (ant/dwi/ipg)