Surono Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan bahwa aktivitas Gunung Slamet yang meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, Jawa Tengah, cenderung menurun.
“Hal itu diketahui dari hasil pengamatan yang dilakukan PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Pemalang,” kata Surono, Sabtu (13/9/2014) seperti dilansir dari Antara.
Dalam pengamatan yang dilakukan pada pukul 06.00–12.00 WIB, kata dia, teramati embusan asap putih tipis setinggi 200 meter dari puncak yang condong ke barat dan terekam 18 kali gempa embusan.
Kondisi tersebut menunjukkan adanya penurunan jika dibanding dengan pengamatan yang dilakukan pada pukul 00.00–06.00 WIB karena dalam periode tersebut teramati embusan asap putih tipis setinggi 50–100 meter dari puncak yang condong ke barat serta terekam 44 kali gempa embusan dan enam kali gempa tremor.
Bahkan, data pengamatan pada pukul 06.00–12.00 WIB itu jauh menurun jika dibanding dengan hasil pengamatan yang dilakukan pada hari Jumat (12/9) pukul 18.00–00.00 WIB. Saat itu Gunung Slamet teramati mengeluarkan embusan asap putih tebal kecokelatan setinggi 500–700 meter yang condong ke barat dan terdengar 25 kali suara dentuman sedang hingga kuat.
Surono menambahkan, selain itu, teramati 32 kali sinar api dan lontaran material/lava pijar ke arah barat dengan jarak luncur 500–1.000 meter, ke arah timur dengan jarak luncur 300 meter, serta ke arah utara sejauh 300 meter, sedangkan kegempaan terekam 34 kali gempa letusan, 92 kali gempa embusan, dan dua kali gempa tremor harmonik.
Disinggung mengenai kemungkinan penurunan aktivitas itu karena Gunung Slamet sedang mengumpulkan energi untuk mengeluarkan erupsi atau letusan yang lebih kuat, Surono mengatakan bahwa pengumpulan energi telah dilakukan sekitar dua minggu lalu.
“Kalau mengumpulkan energi kan ada tremor dan gempa vulkanik dalam seperti dua minggu lalu,” ujarnya.
Dia mengharapkan aktivitas Gunung Slamet semakin turun sehingga gunung tertinggi di Jateng itu dapat kembali ‘tidur’.
“Semoga semakin turun. Kita lihat dalam minggu-minggu ini ada gempa-gempa lagi atau tidak,” kata dia.
Meski demikian, pihaknya mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas dalam radius 4 kilometer dari puncak karena aktivitas Gunung Slamet yang berstatus ‘Siaga’ itu fluktuatif.
“Bagi masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di luar radius 4 kilometer tersebut agar tetap melakukan aktivitas seperti biasa,” pungkasnya.
Sementara itu, Sukento Rido Marhaendrianto Bupati Purbalingga meminta masyarakat tetap tenang tetap siaga dan waspada.
“Lakukan aktivitas seperti biasa, tetapi harus lihat situasi. Misalnya, kalau ke ladang hendaknya tanya dulu kepada petugas mengenai kondisi Gunung Slamet sehingga bisa mengetahui kondisi terkini,” kata Bupati.
Menurut dia, seluruh petugas di Posko Bambangan, Posko Binangun, Posko Cendana, dan Posko Induk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga selalu berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.
Dalam hal ini, kata dia, informasi terkini terkait aktivitas Gunung Slamet selalu diinformasikan oleh PPGA Slamet kepada seluruh petugas posko maupun pemerintah kabupaten yang terdampak erupsi Gunung Slamet.
“Masyarakat wajib tahu informasi aktivitas Gunung Slamet yang akurat. Siapa yang bisa memberikan informasi akurat, ialah para petugas posko yang terdiri TNI/Polri, BPBD, SAR, Tagana, camat, dan kades atau kadus setempat,” kata dia. (ant/wak)