Penghuni bangunan liar (bangli) sepanjang Jl. Setail, Surabaya berdekatan dengan tembok Kebun Binatang Surabaya (KBS), berharap pasca penertiban dengan pembongkaran kawasan itu, nantinya masih tetap bisa berjualan.
“Karena kami tidak punya pekerjaan lain. Kami hanya menggantungkan kehidupan kami dari berjualan di dekat KBS ini. Yang pasti kami berharap pemerintah kota Surabaya dapat memberikan solusi bagi kami. Setelah pembongkaran nanti kami tetap berharap dapat berjualan di sini,” ujar Muklas, 48 tahun, satu diantara penghuni bangli.
Kepada suarasurabaya.net, Muklas yang sudah lebih dari 20 tahun menempati bangunan di atas saluran air KBS tersebut, memang menempati tanah yang konon bukan untuk pemukiman atau untuk bangunan tetap.
“Ini kalau tidak salah pembongkaran yang kesekian, soalnya tahun 1990 lalu pembongkaran seluruh bangunan di kawasan dekat tembok KBS ini pernah dilakukan. Seluruh bangunan, untuk berjualan dibongkar pemerintah. Terus balik lagi, sampai sekarang ini dan akan dibongkar lagi,” tambah Muklas yang juga ketua RT 10 RW 5 kelurahan Darmo kecamatan Wonokromo.
Demikian halnya dengan yang diharapkan Sarniti, yang sudah menempati bangunan dikawasan Jl. Setail sejak sekitar tahun 2000an itu. “Manut saja Mas. Yang penting bisa berjualan lagi disini. Ini penghidupan saya selama ini,” terang Sarniti, Kamis (28/8/2014).
Kawasan bangunan liar (bangli) Jl. Setail yang ditempati pedagang kaki lima (PKL) dan tempat tinggal, dijadwalkan akan ditertibkan dengan pembongkaran. Karena dianggap menyalahi aturan dan tidak sesuai peruntukkannya.(tok/dwi)