Upaya untuk memasang microchip pada seluruh koleksi satwa KBS, ditegaskan drh. Liang Kaspe plt. Direktur Operasional PDTS-KBS, dapat dijadikan satu diantara upaya melacak ntuk silsilah satwa umenghindarkan terjadinya inbreeding.
“Kalau seluruh satwa koleksi KBS, dipasang microchip, itu akan memudahkan perekaman terkait dengan silsilah atau asal usul satwa. Itu nantinya akan dapat menghindarkan terjadinya inbreeding atau perkawinan dari satu induk yang sama,” papar drh. Liang Kaspe.
Microchip yang mampu mencatat identitas satwa, termasuk merekam bagaimana kondisi atau perkembangan kesehatan satwa, memang secara manual dapat dipasang pada seluruh jenis satwa koleksi KBS.
“Dan dari data-data yang diinputkan kedalam microchip dan kemudian dipasangkan pada tubuh satwa, maka petugas dapat dengan mudah melakukan perekaman pada satwa. Itu dapat menghindarkan satwa mengalami inbreeding, karena bisa dipisahkan,” terang Liang.
Hingga saat ini, lanjut Liang, pemasangan microchip pada koleksi satwa KBS memang sudah dilaksanakan. Sudah lebih dari separuh dari jumlah total satwa yang ada terpasang microchip.
Namun demikian ditegaskan Liang bahwa untuk pemasangan microchip pada satwa dalam rangka untuk perekaman data tersebut mencegah inbreeding memang tidak murah. “Tapi paling tidak cara itu yang bisa dipilih selain pemisahan dari kelompoknya,” tambah Liang.
Secara naluriah, satwa di alam liar memang akan berada dalam kelompoknya. Ketika mulai tumbuh remaja, akan diusir oleh induknya, kemudian membuat kelompok tersendiri. “Kalau ada di lembaga konservasi maka yang bisa dilakukan adalah dipisahkan dari kelompoknya,” tukas Liang.
Dari catatan bidang perekaman data PDTS-KBS, sejumlah satwa yang tergolong apendix 1 yang ada di PDTS-KBS, diantaranya seperti Gajah, Harimau, Komodo, Orang Utan sudah terpasang microchip. “Karena inbreeding harus dihindarkan sebagai satu di antara upaya menjaga populasi satwa agar tidak punah,” tegas Liang Kaspe pada suarasurabaya.net, Selasa (12/8/2014).(tok/ipg)