Ditegaskan drh. Liang Kaspe direktur operasional PDTS-KBS, bahwa kematian satu diantara Komodo koleksi satwa KBS, bukan sebagai dampak perubahan cuaca yang terjadi belakangan ini di Kota Surabaya.
“Komodo itu tahan terhadap perubahan cuaca. Jadi tidak mungkin Komodo mati karena kehujanan. Tapi kalau organ tubuhnya mengalami gangguan kesehatan, pada saat cuaca dingin misalnya, maka itu dapat menjadi penyebab kematian,” terang Liang.
Sesuai dengan habitat aslinya, kata Liang, Komodo (Varanus Komodoensis) memiliki kemampuan dan kekuatan untuk bertahan pada habitat yang cukup terik dan gersang. Oleh karena itu, tambah Liang, kematian Komodo di dalam sangkar peraga dapat dipastikan penyebabnya bukan perubahan cuaca.
Berdasarkan hasil otopsi yang sudah dilakukan tim kesehatan satwa Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya, kematian Komodo berumur sekitar 11 tahun tersebut disebabkan adanya gangguan saluran pencernaan.
“Gangguan saluran pencernaan memang bisa jadi penyebab kematian. Karena saat mengkonsumsi makanan, dapat dipastikan akan mengalami gangguan. Kalau itu berlanjut memang dapat berdampak pada kematian,” tegas Liang saat ditemui suarasurabaya.net, Kamis (7/8/2014).(tok/rst)