Afrika adalah negara tertinggal yang saat ini sedang diserang virus mematikan bernama ebola. Hingga kini, Afrika sedang berperang melawan virus yang sudah menjangkiti warganya.
Namun sayang, belum ada satupun vaksin yang bisa dimanfaatkan sebagai harapan hidup penderita ebola.
Keterbatasan pengetahuan dan minimnya alokasi dana yang dimiliki negara tertinggal seperti Afrika menjadi penyebab berhentinya penelitian tentang obat-obatan. Bahkan World Health Organization (WHO) tidak membawa pengaruh yang besar pada riset ebola.
“Seharusnya sejak ditemukan pada tahun 1976, vaksin ebola sekarang sudah bisa ditemukan, tapi kan virus itu tidak terjangkiti warga di negara maju,” demikian kata Dr Ario Jatmiko dari Litbang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada Radio Suara Surabaya Kamis (7/9/2014)
Dia menambahkan sejauh virus belum masuk ke negara maju, maka negara maju yang punya pengetahuan dan dana untuk mengadakan penelitian tentang virus ini tidak akan pernah melakukan riset.
“Celakanya, riset kesehatan ada di negara maju dimana itu berbasis pada ekonomi dan kapitalisme, misalnya riset jantung, kanker itu banyak sekali karena penderitanya banyak, tapi kalau TBC itu sedikit, karena di negara maju tidak ada penderitanya, mereka tidak menelitinya,” kata Dr Ario.
“Ebola memang heboh, tapi yang kena hanya negara-negara kecil, Afrika misalnya. Jadi negara maju akan menerapkan langkah-langkah pencegahan, proteksi dan mengisolasi negaranya jangan sampai ebola masuk,” tambahnya.
Meski saat ini ada dua warga negara Amerika yang terjangkiti ebola saat bertugas di Liberia sebagai sukarelawan, namun Dr Ario yakin, Amerika tidak akan mudah untuk membuat riset yang memakan biaya tinggi, “Seperti di film-film, orang yang kena akan diisolir. Dinas kesehatan akan jadi panglima dia akan mengisolir orang, asal jangan sampai virus keluar dan menyebar ke yang lain,” tambahnya. (nif/rst)
Ilustrasi
Foto : BBC