Melengkapi sajian Idul Fitri, kehadiran Ketupat lengkap dengan aneka sayur masih menjadi sajian istimewa merayakan Idul Fitri dimasing-masing keluarga. Seiring perkembangan jaman, Ketupat matang bahkan dengan sayur dijual dibanyak tempat.
“Rasanya kurang pas kalau tidak bikin sendiri dirumah. Makanya kemarin itu saya cari kulit Ketupat. Jadi tinggal diisi dengan Beras. Dimasak. Melengkapi Opor Ayam, Sayur Lodeh. Sajian khusus yang selalu hadir di Idul Fitri,” ujar Agus Setyawan warga Ketintang, Surabaya.
Memilih kulit Ketupat memang tidak ada strategi khusus. Karena setiap kulit Ketupat yang terbuat dari daun muda pohon Kelapa, selalu memberikan semacam sugesti bahwa Beras yang dimasak didalamnya akan berasa enak dan gurih jika tepat cara memasaknya.
“Kayaknya beda. Ketupat yang dimasak dengan menggunakan kulit Ketupat dari Janur dibandingkan dengan yang lain. Beda lhoo rasanya Ketupat dengan Lontong. Keluarga kami lebih pilih Ketupat dan pelengkapnya untuk sajian Idul Fitri ini,” tambah Agus saat ditemui suarasurabaya.net, Rabu (30/7/2014).
Sementara itu, bagi Romli warga Jember yang berjualan Kelapa dipasar Keputeran, Surabaya, setiap tahun menjelang Idul Fitri maupun setelahnya, menjual kulit Ketupat yang sudah jadi atau daun muda pohon Kelapa untuk bahan Ketupat adalah bagian rejeki yang lain di Idul Fitri.
“Kalau yang sudah berbentuk Ketupat, dijual 7 ribu rupiah per 10 biji. Biasanya masyarakat beli yang sudah jadi. Sebelum Idul Fitri banyak yang cari, tapi setelah Idul Fitri lebih banyak lagi yang cari,” tegas Romli.
Secara khusus Romli bersama koleganya sesama penjual Kelapa, mendatangkan daun muda pohon Kelapa ini dari Malang, Lumajang dan Jember. “Di Surabaya sepertinya tidak ada orang yang menjual. Tidak ada pohon Kelapa di Surabaya,” tambah Romli diiringi candanya.(tok)