Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang digelar mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Kelompok 94 di Desa Pakel, Kecamatan Gucialit, Lumajang untuk mendorong kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Fajrian Noor Humas Kelompok 94 KKN Mahasiswa UMM kepada Sentral FM, Rabu (23/7/2014) mengatakan bahwa, selama hampir sebulan ia berdiam di Desa Pakel, cukup banyak ia mendalami berbagai kebiasaan masyarakat, termasuk budaya dan tradisi yang melekat di keseharian mereka.
“Memang tidak mudah, dalam waktu kurang dari sebulan, kami harus berbaur dengan masyarakat kemudian harus menggagas sebuah kegiatan dengan tujuan membangkitkan minat mereka dalam bentuk berkesenian dan keragaman budaya yang ada di keseharian mereka,” kata Fajrian Noor.
Selanjutnya, dari berbagai analisa dan kajian serta diskusi yang dilakukan dengan para tokoh desa setempat, dipilihlah seni ‘Ujung’ untuk dijadikan sebagai salah-satu kesenian yang dipertontonkan dalam kegiatan ‘Ajang Kreatifitas’ yang digelar mahasiswa KKN UMM ini.
“Seni Ujung ini menarik, karena seni yang satu ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat. Sudah membudaya dan rutin digelar dalam kegiatan tertentu. Bahkan, ada agenda tahunan yang digelar, Seni Ujung selalu dipertontonkan,” papar Fajrian Noor.
Menilik Seni Ujung ini, secara kasat mata anda akan melihat sebuah kesenian yang seolah lekat dengan budaya kekerasan. Barbar. Demikian yang tampak. Pasalnya dalam tradisi ini, dua orang pria yang telah dianggap dewasa diantara warga masyarakat Desa Pakel, Kecamatan Gucialit, akan diperhadapkan dengan berbekal sebilah batang rotan berulir sebagai sebuah senjata.
Batang rotan itu pula yang akan dijadikan sebagai alat pemukul dalam tradisi Ujung. Dimana, masing-masing peserta Ujung akan saling memukulkan batang rotan berulir, yang harus mengenai bagian belakang atau punggung lawannya.
“Dilarang memukul di bagian muka, wajah selain di bagian punggung. Ini konsekwensi tradisi Ujung. Yang dinilai adalah berapa banyak memar di punggung,” demikian kata Subi Sekretaris Desa Pakel, Kecamatan Gucialit ketika ditemui di arena Ujung di desanya dalam Ajang Kreatifitas yang digelar mahasiswa KKN UMM.
Subi menambahkan, tradisi Ujung merupakan kesenian khas yang ada di Desa Pakel, Kecamatan Gucialit. “Iya, tradisi Ujung memang sudah lama. Bahkan, tradiri itu biasa digelar ketika diselenggarakan Selamatan Desa,” paparnya.
Terkait Tradisi Ujung, Sekdes Pakel, Kecamatan Gucialit ini menjelaskan, aksi saling pukul dengan senjata batang rotan alias penjalin ini tidak menggunakan keahlian khusus.
“Mekanismenya ya seperti orang pukul-pukulan itu sudah. Pakai penjalin (rotan, red) yang kecil.hitungannya yang luka sering dilombakan di sini. Tradisi ini sebenarnya bukan diperlombakan, hanya untuk senang-senang saja. Yang mau ikut, hanya kita beri kaos saja kok. Misalnya, ketika ada Selamatan Desa dan acara resmi atau hajatan,” urainya.
Peserta tradisi Ujung ini, masih kata Subi, kebanyakan kalangan remaja sampai dewasa, sekitar usia 20 tahunan hingga 35 tahun. Bahkan di Desas Pakel terdapat 50 anak yang khusus dibekali kemampuan utnuk melestarikan kesenian Ujung ini. Mereka rutin dilatih agar kesenian Ujung tidak lantas punah.
“Dalam tradisi ini, meski sepertinya sarat unsur kekerasan dengan saling pukul, namun malah mempererat persaudaraan diantara kami warga Desa Pakel. Karena kekerasan di sini, hanya sebagai simbol kejantanan dan persaudaraan. Jadi, tidak ada unsur dendam, setelah pukul-pukulan ya sudah. Selanjutnya harmonis lagi,” tukas Subi.
Hal inilah yang membuat Mahasiswa KKN UMM mengangkat kegiatan ini sebagai salah-satu Gong Kegiatan sepanjang sebulan berbaur dengan masyarakat. “Istilahnya kami nanggap Tradisi Ujung ini sebagai penutup kegiatan kami. Dengan harapan, masyarakat bisa mengingat kami dengan apa yang selama ini kami lakukan di Desa Pakel. Semoga semuanya bisa bermanfaat,” demikian pungkas Fajrian Noor. (her/ipg)
Teks Foto :
– Tradisi Ujung yang digelar Mahasiswa KKN dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Kelompok 94 di Desa Pakel, Kecamatan Gucialit.
Foto : Sentral FM