Rabu, 27 November 2024

Prediksi Jerman vs Argentina

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan

Serang, serang, serang, begitu rumus baku skema laga pasukan Jerman untuk mewujudkan mimpi agar keluar sebagai kampiun Piala Dunia 2014.

Mimpi lantas dikerangkakan dalam kepastian layaknya hitung-hitungan matematika bahwa dua ditambah dua sama dengan empat, atau dua dikali dua sama dengan empat.

Dua raksasa sepak bola global, baik Jerman maupun Argentina sama-sama punya mimpi untuk meraih predikat “dia yang empunya paripurna” di dunia sepak bola sejagat.

Der Panzer berhadapan dengan Albiceleste dalam laga final Piala Dunia 2014 yang digelar di Estadio Jornalista Mário Filho (Maracana), Rio de Janeiro, pada Senin (14/7/2014) dini hari pukul 02.00 WIB.

Skuad asuhan pelatih Joachim Loew punya asa mengulang sukses kali keempat Jerman meraih Piala Dunia. Pada 1954, 1974, dan 1990, skuad Jerman mengukuhkan diri sebagai juara dunia sepak bola sejagat. Seluruh capaian itu diraih di Benua Biru.

Kalau saja Jerman menjadi juara dunia, maka capaian itu menorehkan tinta emas sejarah sejarah sebagai negara pertama dari Eropa yang memenangi Piala Dunia di kawasan Amerika Selatan. Jerman juga menjadi negara Eropa yang kedua, setelah Spanyol menjadi juara dunia di Afrika Selatan empat tahun lalu, yang mampu meraih gelar juara di luar Eropa.

Percaya diri? Itu sudah dimiliki pasukan Jerman ketika mengandaskan tim tuan rumah dengan skor telak 7-1. Dan Jerman punya tiga modal untuk menggaet gelar juara Piala Dunia. Pertama, skema permainan yang dikembangkan Nationalmanschaft lebih dinamis dibandingkan dengan Argentina di bawah asuhan pelatih Alejandro Sabella.

Pola serangan yang dikembangkan Jerman demikian masif dalam laga belakangan ini. Sejumlah pengamat bola menyebut bahwa Jerman memainkan dan mendemonstrasikan penguasaan bola yang demikian sarat kreativitas.

Skema ini menjadi baku layaknya rumus-rumus buku panduan mengenai cara membangun serangan yang kreatif dari segala lini.

Sesudah mengalahkan Amerika Serikat yang dilatih pelatih asal Jerman, Juergen Klinsmann, dengan skor 1-0, Thomas Mueller dan kawan-kawan mengubur mimpi Aljazair dengan skor 2-1.

Dalam pertandingan melawan Aljazair itu, lini pertahanan Jerman disebut kurang padu benar, bahkan barisan depan disebut-sebut kurang kreatif menembus pertahanan Aljazair yang demikian disiplin.

Melawan Prancis, pasukan asuhan Loew mendulang cemooh dari publik Jerman, karena hanya mampu menjaringkan gol semata wayang ketika melawan Prancis.

Menghadapi duel dengan Argentina yang punya Lionel Messi, pelatih Loew perlu merancang strategi dengan rinci dengan memberi perhatian lebih serius kepada daya gedor lini depan. Operan-operan cepat perlu lebih dimainkan oleh seluruh personel Jerman menghadapi gelandang-gelandang Argentina yang punya kecepatan.

Jika Argentina bermain lebih bertahan, maka Jerman perlu lebih bersabar dalam membongkar pertahanan lawan. Jika Argentina tampil menyerang, maka Jerman perlu menati saat yang tepat untuk melancarkan serangan balik yang sistematis untuk membuat kalang kabut pertahanan Argentina yang terbilang rentan serangan.

Faktor kedua, Jerman punya penjaga gawang super talenta dalam diri Manuel Neuer. Penampilannya selama turnamen di Brasil ini mengukuhkan dia sebagai penjaga gawang terbaik di dunia. Neuer punya nilai tambah sebagai sweeper yang mampu menahan laju serangan Argentina dan mengacaukan bahkan merusak irama kecepatan serangan lawan.

Neuer punya daya refleks yang optimal sebagai penjaga gawang, dibuktikan dalam dua laga terakhir. Faktor Neuer inilah yang bakal menyulitkan pergerakan Lionel Messi dan Sergio Aguero.

Faktor ketiga, skuad Jerman yang kini dibawa ke Brasil nyatanya diisi oleh sejumlah pemain dengan kualifikasi Superstar dalam beberapa tahun belakangan ini.

Sebut saja, Thomas Mueller, Bastian Schweinsteiger, Phillipp Lahm, Toni Kroos, Sami Khedira, Andre Schurrle, Mesut Ozil, Neuer, Jerome Boateng, Mats Hummels, Miroslav Klose dan Mario Goetze. Pemain-pemain ini mampu melakukan transformasi dalam skema taktik yang dimainkan baik dalam menyerang maupun bertahan.

Saatnya Jerman menebus tiga kali kegagalan menjadi juara dunia, pada 2008, 2010, dan 2012. Laga di Maracana adalah laga sarat bersejarah karena mereka siap mewujudkan “Golden Age” dengan sederet pemain berkelas dunia.

Sementara, Argentina bukan tim kacangan juga. Brasil memendam kebencian kepada Argentina sebagaimana dilontarkan oleh sjeumlah publik tuan rumah.

Tembang populer yang kerap terdengar di Brasil demikian mencela dan mencibir skuad Argentina. Dan Argentina membalas dengan seruan yang tidak kalah nyinyir seraya menyatakan dengan lantang bahwa Brasil pada akhirnya bakal menangis dalam Piala Dunia 2014. Alhasil, Selecao pun meraung-raung karena menelan kekalahan memalukan dan memilukan, dari Jerman dan Belanda.

Laga final belum tergelar, perang urat syaraf terpapar, karena rivalitas Argentina dengan Brasil demikian berurat berakar.

Faktor inilah yang sedikit banyak bakal mempengaruhi laga final antara Jerman melawan Argentina. Penonton tuan rumah lebih mendukung Jerman ketimbang Argentina. Dan Maracana bakal bersorak sorai ketika barisan depan Der Panzer membombardir dengan hentakan serangan yang eksplosif. (ant/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Rabu, 27 November 2024
27o
Kurs