Sabtu, 23 November 2024
Cahaya Islami

Perjalanan Puasa Seorang Mualaf, Pekerja Casino di Kamboja

Laporan oleh Larasati Putri Ayuningtyas
Bagikan

Tuntutan ekonomi membawa Tito Jonathan (36tahun) warga Surabaya, sampai di Desa Chrey Tum daerah terpencil Provinsi Kandal, perbatasan Kamboja dan Vietnam. Di wilayah terpencil ini, baru saja dibangun sebuah resort dan casino oleh seorang pengusaha asal Singapura. Disanalah Tito mengais rejeki sebagai seorang Field Manager.

“Kandal ini 2 tahun lalu seperti kota mati, jam 20.00 sudah sepi. Sejak di buka casino disini mulai hidup, “. Kata Tito yang dihubungi oleh suarasurabaya.net

Tinggal dan bekerja di daerah yang mayoritas penduduknya beragama Katolik dan Budha, membuat Ramadhan Tito menjadi “berbeda”. Di tempatnya bekerja, hanya dirinya dan seorang pegawai wanita yang menjalani ibadah puasa. Untuk mengakali menu berbuka dan sahur, Tito mengandalkan menu seadanya.

“Biasanya, kalau sahur pasti beli dulu, malam. Kalau bukanya, masak yang simple aja. Nasi sama telur atau beli lok-lok.”. Lok-lok adalah makanan seperti sate yang di dalamnya ada sosis, bakso daging, bakso ayam, cumi-cumi dan olahan laut lainnya. Di Thailand, makanan serupa Lok-lok ini berjajar dipinggir jalan.

Namun, untuk urusan beribadah, Tito mengalami kesulitan, mengingat jam kerja dan patokan waktu shalat. “Saya bekerja mulai jam 12.00 sampai 00.00 dan hanya diberi waktu istirahat selama 1 jam, yakni jam 18.00-19.00. Disela waktu istirahat yang sempit ini, saya menyempatkan untuk ibadah dan berbuka. Sisanya, ya kembali bekerja. ” Kata Pria yang sempat 3 tahun bermukim di Surabaya ini.

Untuk penunjuk waktu sholat, Dia memilih mengikuti waktu Jakarta, karena tidak ada perbedaan waktu antara Kamboja dengan Indonesia.

Bekerja di casino membuat setiap detik menjadi berharga, apalagi tugas Tito sebagaiField Manager yang harus membagi tugas dengan bawahannya yang menjadi pelayan kasino, belum lagi jika ada kerusakan mesin, Tito harus segera memperbaiki. “Kalau saya menyerah, baru panggil teknisi,” Kata Pria asli Medan yang sudah menjadi mualaf ini.

Demikianlah, sepenggal kisah insipiratif dari seorang mualaf yang justru menjadi cahaya bagi Islam, apalagi sedang berjuang menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan ditengah situasi yang tidak mudah bagi yang menjalankannya, hanya niat lillahitaalah yang membuat Tito tetap semangat.

Teks Foto:
Grand Dragon Resort tempat Tito bekerja di Provinsi Kandal, Kamboja;
Foto:
Tito Jonathan via e100

Berita Terkait

Keberkahan Rumah Tangga Nabi SAW

Keteguhan Hati Nabi SAW

Berpuasa di Negeri Sunyi


Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs