Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang momennya bersamaan dengan bulan Ramadhan dan juga pendaftaran sekolah membuat harga beberapa komoditas ikut mengalami kenaikan yang signifikan.
Bahkan, dari data Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan TDL yang diterapkan pada bulan Mei hingga Juni 2014 kemarin menyumbang inflasi sebesar 0,03%. Dimana naiknya TDL berdampak pada kenaikan ongkos produksi, harga jual produk, pengurangan jumlah produk hingga terjadi inflasi.
Guntari Hudiwinarti, Financial Planner yang juga Director Head Of FPAI mengatakan sebenarnya dampak inflasi baru bisa dirasakan masyarakat sekitar tiga-empat bulan setelah kenaikan dan akan membuat daya beli masyarakat menurun.
Untuk itu, menyikapi kenaikan TDL yang diterapkan pemerintah secara berjangka dan juga bertepatan dengan momen tahunan lebaran juga pendaftaran sekolah, masyarakat disarankan untuk mengevaluasi keuangannya.
“Sebenarnya kalau inflasi jelang lebaran dan pendaftaran sekolah itu kan sifatnya tahunan, jadi sejak setahun sebelumnya harusnya sudah ada perencanaan keuangan. Namun karena tahun ini bertepatan dengan kenaikan TDL, masyarakat harus kembali melakukan evaluasi pengeluaran agar tidak terjadi defisit,” paparnya.
Masyarakat harus mereview ulang dimana saja potensi pengeluaran, kemudian mengalokasikan dana dengan menggunakan skala prioritas. “Utamakan yang penting dan urgent dulu agar bisa lebih berhemat,” kata dia saat dihubungi suarasurabaya.net.
Menurut Ita, panggilan akrabnya, masyarakat Indonesia sangat konsumtif. Apalagi saat Ramadhan dan jelang lebaran, di mana banyak hal ingin dibeli. Sehingga pengeluaran selama satu bulan biasanya lebih besar dari pendapatan dan terjadi defisit.
Karenanya ia menyarankan, bersamaan dengan naiknya TDL tahun ini masyarakat lebih realistis dalam mengelola keuangan. “Untuk mengantisipasi dampak inflasi, kita harus lebih aware, mulai bulan ini hingga enam bulan ke depan buatlah perencanaan matang, mana yang sangat perlu dan mana yang harus ditunda dulu,” terangnya.
Jangan tergiur dengan adanya THR, kata Ita menambahkan. Justru adanya THR, berhematlah karena dana tersebut bisa jadi pemasukan dan dialokasikan ke kebutuhan yang lebih penting nantinya.
Meski demikian, menurut Ita, saat ini sudah ada kecenderungan masyarakat mau belajar mengatur dan merencanakan keuangannya, misalnya seperti reksadana yang sudah banyak diminati. “Memang belum ada perkembangan signifikan, namun masyarakat suah mengarah kesana dan diharapkan itu bisa berjalan lebih cepat,” ujarnya.
Ia pun sempat mengusulkan, pendidikan keuangan perlu dilakukan sejak dini, mulai di bangku sekolah dasar agar masyarakat tidak konsumtif dan itu untuk kebaikan diri sendiri juga keluarga di masa mendatang. (ain/ipg)