Bagi Mainiyah, 49 tahun, uang kompensasi Rp5 juta yang dia dapat dari pemerintah segera menghidupkan kembali mimpinya 10 tahun silam. Sebuah mimpi jadi juragan bebek yang kandas karena kematian sang suami.
Wanita 3 anak ini, pada tahun 2004 silam pernah merintis ternak bebek. Sayang belum sampai membuahkan hasil, ternak tersebut tak bisa dilanjutkan karena kematian suamnya. “Sejak saat itu ekonomi saya susah,” kata Maiminah ketika ditemui di Kantor Koramil Sawahan untuk mencairkan kompensasi penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak, Senin (23/6/2014).
Hingga akhirnya pada tahun 2006 dia terpaksa mengikuti jejak tetangganya untuk merantau ke kawasan Jarak, Putat Jaya, Surabaya. Tujuannya saat itu untuk menyambung hidup dengan menjadi wanita penghibur di sebuah rumah karaoke.
Bekerja tiga bulan di rumah karaoke, dia akhirnya memilih untuk menjadi PSK yang lantas dia geluti selama dua tahun. “Suatu hari saya berhasil mengumpulkan uang agak banyak sehingga bisa mengontrak rumah dan mendatangkan dua PSK,” kata dia.
Sejak saat itulah, Mainiyah lantas tak sekadar menjadi PSK melainkan juga menjadi mucikari di sebuah wisma yang dia dirikan di Jarak.
Karena kurang beruntung, wisma yang dia kelola tak pernah maju. Dari awal tahun 2009, jumlah PSK hanya dua tak pernah nambah karena wismanya ternyata sepi. Hingga akhirnya pada 18 Juni 2014, pemerintah Kota Surabaya memutuskan untuk menutup seluruh wisma pelacuran yang ada di Jarak dan Dolly.
“Terus terang saya dapat berkah karena saya dapat kompensasi ini,” ujarnya. Kini dengan uang tersebut, Mainiyah mengaku akan pulang ke kampungnya di kawasan Guyangan, Nganjuk.
Ternak bebek yang 10 tahun silam sempat dia geluti akan kembali dia mulai. Beruntung, Mainiyah kini sudah mengenal beberapa pelanggan berupa warung-warung nasi bebek yang saat ini menjamur di sekitar Jarak dan Dolly.
Lain Mainiyah, lain pula yang dialami Karno, 50 tahun. Pemilik wisma di RT 5/RW3 kawasan Jarak ini mengatakan akan menggunakan uang kompensasi Rp5 juta sebagai bekal membesarkan rumah karaoke yang telah dia rintis sejak dua tahun silam.
“Saya awalnya punya dua wisma, tapi sejak dua tahun lalu yang satu sudah saya ubah menjadi rumah karaoke,” kata Karno.
Karenanya, uang Rp5 juta yang kini dia terima dari pemerintah juga akan digunakan untuk menyulap satu wisma menjadi warung karaoke.
Sementara itu, hingga lima hari proses pencairan siang ini (23/6/2014) setidaknya telah ada 280 PSK serta 61 Mucikari yang telah mengambil uang kompensasi penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak.
Bagi para Mucikari yang menggunakan rumahnya sendiri sebagai bisnis prostitusi, mereka rata-rata mengaku akan mengubahnya menjadi warung karaoke, warung makan, serta aneka usaha lainnya.
Sedangkan Mucikari yang mengontrak, rata-rata mereka akan pulang kampung untuk buka usaha di kampungnya. Sementara bagi para PSK mayoritas mengaku akan pulang ke kampungnya. (fik/rst)