Di bulan puasa tahun ini pada bulan Juli terjadi pengeluaran yang luar biasa, dimulai dari pendaftaran sekolah, kebutuhan anak sekolah, dan kebutuhan lebaran.
Ahmad Fadil Awaludin,SE,MM,RF, Financial Planner Associate Trainer Transformasi Indonesia kepada Radio Suara Surabaya, Jumat (6/6/2014) mengatakan, hal pertama yang bisa dilakukan adalah membuat skala prioritas, sehingga dapat mengetahui kebutuhan mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu, dan apa yang harus diutamakan.
Sebelumnya buatlah list, daftar semua kebutuhan di awal bulan ini. Perkiraan Tunjangan Hari Raya (THR) yang diterima juga harus dipertimbangkan pula. Dari data tersebut dapat diketahui biaya untuk keperluan zakat, keperluan mudik, dan lain-lain.
Terakhir, harus konsisten, karena puasa kuncinya adalah ‘menahan’. Jika sudah niat berpuasa tapi masih lapar mata maka harus berlatih puasa.
Ahmad Fadil menambahkan, dalam mengelola keuangan harus diseimbangkan antara konsumsi dan spending. Dari pendapatan yang diperoleh, secara konsumsi semakin besar maka harus bisa mengurangi spending-nya. Kebutuhan yang tidak diperlukan, tidak usah dibeli.
“Jadi kuncinya puasa itu seringkali lapar mata. Begitu ada takjil, dibeli semua satu toko, setelah sampai rumah bingung mana yang mau dimakan, terkadang baru dimakan separuh sudah kenyang,” jelasnya
Salah satu cara lagi untuk meng-handle pengeluaran lebaran adalah ‘menabung’. Menabung, jarang dilakukan oleh kebanyakan orang, untuk itu harus belajar dan mengubah kebiasaan itu. Sebenarnya masyarakat sudah tahu konsekuensinya, namun konsep yang berlaku selama ini tak sesuai kaidah. Tabungan diartikan sebagai sisa hasil dari uang yang dibelanjakan.
Seharusnya setiap pendapatan yang diperoleh langsung ditabung, disisihkan terlebih dahulu. Normalnya antara 10-20% dari pendapatan yang dapat ditabung.
Misalnya, dari pendapatan Rp3 juta, Rp1 juta dianggarkan untuk ditabung lalu sisanya Rp2 juta, untuk kebutuhan hidup.
Namun, yang terpenting adalah harus ada patokan biaya yang ditabung. Dengan menabung, secara tidak langsung sudah membantu pengoptimalan fungsi dari tabungan itu sendiri.
Sedangkan THR seringkali diberlakukan sebagai debit, digunakan untuk berfoya-foya padahal dibalik itu semua mungkin ada kewajiban yang harus diutamakan, misalnya utang. Dengan begitu kegiatan memperminim pengeluaran bisa memperingan kewajiban yang tidak hanya berlaku di kehidupan hari ini, tapi ke depannya juga.(nin/ipg)