Ada yang menarik dari pengakuan Azis Aminuddin saat tersesat selama 4 hari di puncak Gunung Semeru hingga ditemukan hari ini dalam kondisi selamat di kawasan Tawon Songo, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang hari ini, Jumat (6/6/2014).
Kepada Tim SAR Gabungan yang menemukannya, pendaki pemula yang berangkat ke Semeru bersama 5 orang rombongannya yang dipimpin Hermansyah (24), selaku Ketua rombongan ini, mengaku nekat menerobos jalur pendakian ke puncak gunung dengan ketinggian 3.676 meter diatas permukaan laut tersebut karena tidak ingin menyia-nyiakan momentum berada di ‘Atap Pulau Jawa’.
Sehingga ketika teman serombongannya yang semula bertekad menaklukkan puncak Jonggring Saloko kelelahan setiba di titik Cemoro Tunggal, Azis Aminuddin yang kondisinya merasa bugar dan mampu menempuh perjalanan ke puncak Semeru, tetap melanjutkan pendakian.
DR Ir Ayu Dewi Utari, Msi Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) kepada Sentral FM mengatakan, Azis Aminuddin kepada Tim SAR Gabungan yang menemukannya menyebutkan mengikuti dua pendaki lain yang juga berniat menaklukkan puncak Jonggring Saloko.
“Kepada teman rombongannya, Azis Aminuddin meminta agar kembali ke titik Kalimati dan menunggunya di sana. Selanjutnya, ia ikut dengan dua pendaki lain untuk melanjutkan pendakiannya ke puncak Semeru,” kata Ayu Dewi Utari.
Kenekatan Azis Aminuddin inilah yang kemudian membawa petaka. Pemuda dengan ciri-ciri berpostur kurus dengan berat 59 kilogram dan tinggi 168 centimeter, rambut hitam lurus pendek, bentuk wajah kotak dan tulang pipi menonjol ini mengenakan celana kain batik, sweater warna merah, berkaca-mata netral, bersepatu futsal merek nec warna oranye dan t-shirt Real Madrid warna hitam ini pun tersesat.
Ia menghilang dalam perjalanan turun setelah menaklukkan puncak Semeru. Dalam perjalanan kembali ke titik Kalimati untuk menemui rombongannya itu, ia terpisah dari 2 pendaki yang semula menjadi petunjuk jalan baginya untuk mendaki Jonggring Saloko.
Azis Aminuddin tersesat setelah salah mengambil jalur sebelum mencapai titik Cemoro Tunggal. Di Cemoro Tunggal memang jalurnya membingungkan. Karena pohon Cemoro Tunggal yang menjadi pohon satu-satunya di sana, telah tumbang sejak setahun lalu.
“Hingga, tidak ada lagi penanda jalur dan kerap menyesatkan pendaki yang turun dari puncak Semeru,” sambung Hendro Wahyono Kepala Bidang Pencegahan, Kesiap-siagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana DAerah (BPBD) Kabupaten Lumajang.
Azis Aminuddin pun terjebak ke jalur menuju Blank 75 yang merupakan kawasan jurang dengan batuan andesit yang licin dan membahayakan. Namun, ia berhasil melalui jalur berbahaya yang kerap menjadi jurang kematian bagi para pendaki ini, hingga kemudian ditemukan di kawasan Tawon Songo, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang dalam kondisi selamat.
“Kondisinya memang fit hingga berhasil melalui ujian selama tersesat. Karena, di puncak Semeru kerap terjadi badai, suhunya dingin dan juga tantangan lainnya. Kami berharap hal ini menjadi pelajaran bagi pendaki lainnya, agar tidak menerabas jalur pendakian ke puncak Semeru. Sebab, rekomendasinya hanya sampai Kalimati saja. Jangan sampai ngotot untuk menaklukkan Semeru ditengah larangan, karena bagi pendaki ujian sebenarnya adalah ada pada diri sendiri,” demikian pungkas Hendro Wahyono. (her/ipg)
Teks Foto :
– Pendakian Gunung Semeru.
Foto : Sentral FM