Sabtu, 23 November 2024

Bangunan Indonesia Belum Siap Hadapi Gempa

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan

Dr Drajat Hoedajanto Ketua Umum Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) menyebutkan sebagian besar bangunan di Indonesia termasuk sejumlah proyek baru belum dipersiapkan untuk menghadapi gempa.

“Tentunya itu sangat riskan selain mengingat sejumlah daerah seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara rawan gempa juga melihat tren pembangunan yang mengarah ke atas (tinggi) dampak kesulitan dan mahalnya harga lahan,” katanya di Medan, Minggu (1/5/2014) seperti dilaporkan Antara.

Dia berada di Medan menjadi pembicara Seminar Indonesia Siaga Gempa yang digelar HAKI Sumut 30-31 Mei dan sekaligus melakukan sertifikasi terhadap sejumlah kontraktor anggota HAKI.

Seminar yang diikuti diikuti hampir 400 orang peserta dari unsur pemerintah, akademisi, mahasiswa dan kalangan lainnya dilakukan untuk mengingatkan kembali perlunya pengawasan dan pembangunan gedung dengan  konstruksi yang tepat khususnya dalam menghadapi bencana gempa
  
Seminar yang menampilkan pembicara dari berbagai ahli itu juga dimaksudkan untuk menyebarkan hasil perkembangan teori, simulasi dan eksperimen di bidang rekayasa kegempaann dan aplikasinya kepada berbagai jenis struktur yang telah dan akan dibangun di wilayah  Indonesia.

Menurut Drajat Hoedajanto, masih banyaknya dan berlangsungnya bangunan yang belum siap dengan bencana gempa itu karena pihak pelaksana pembangunan masih mengacu pada SNI (Standar Nasional Indonesia) Peraturan Gempa Indonesia Tahun 2002.

Padahal Pemerintah sudah mengeluarkan SNI Peraturan Gempa Indonesia Tahun 2012 dimana ada perubahan-perubahan penting yang mendasar untuk dipenuhi pembangun dalam pengerjaan bangunan.

“Belum lagi ada pengembang yang “nakal” seperti bahkan tak mengikuti SNI 2002. Harusnya pelaksanaan pembangunan itu diawasi dan HAKI siap membantu,” katanya.

Berlin A Tampubolon Ketua Panitia dan Seminar Indonesia Siaga Gempa itu menyebutkan, Indonesia yang merupakan negara yang terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yakni Lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik,  Lempeng Eurasia dan Indo-Australia menyebabkan kawasan Indonesia banyak terdapat patahan-patahan aktif seperti patahan Semangko di Sumatera.
   
Dengan banyaknya patahan aktif , maka Indonesia sangat rentan mengalami gempa yang sangat merugikan dari segala sisi.
   
Dia menegaskan, mitigasi gempa menyangkut serangkaian upaya untuk mengurangi  risiko bencana gempa baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
   
Selain memperhatikan konstruksi yang siaga gempa, hendaknya suatu konstruksi  yang meliputi asas yang berkelanjutan yakni progress, people, planet, prosperity dan proficiency.
   
Progress adalah konsep inovatif dalam rancangan, integrasi bahan dan produksi, struktur bangunan, kulit bangunan dan instalasi dalam gedung.
   
Adapun people meliputi kontribusi terhadap pembentukan lingkungan dan nilai-nilai dalam masyarakat dan lainnya serta planet meminimalkan dampak buruk terhadap lingkungan.
   
Sementara yang dimaksud prosperity antara lain proyek mempertimbangkan kinerja ekonomi dan kesesuaiannya dan proficiency sendiri adalah dampak perbaikan terhadap kondisi yang ada dalam konteks alam dan buatan manusia.

“Gempa Chili yang cukup kuat belum lama ini, tetapi tidak menimbulkan korban besar seperti yang pernah terjadi  karena negara itu sebelumnya sudah mempersipkan keamanan gedungnya harus bisa menjadi pelajaran dan acuan semua pihak di Indonesia,”katanya.

Simon Dertha Ketua HAKI Sumut yang didampingi Lamsihar Pasaribu Sekretaris HAKI Sumut dan Martono Anggusti Bendahara menyebutkan, untuk menerapkan pembangunan dengan konstruksi yang benar dan tepat, maka dinilai perlu kerja sama antara Pemerintah dan HAKI untuk bersama-sama mengawasi pembangunan. (ant/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs