Sabtu, 23 November 2024

Enam Kebudayaan Indonesia Potensi Go ASEAN

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan

Indonesia memang kaya akan kebudayaan baik dari warisan nenek moyang ataupun budaya-budaya baru. Kebudayaan di Indonesia ini tentunya beragam dari sabang sampai merauke.

Berikut enam kebudayaan dari sekian banyak budaya di Indonesia yang belum banyak dikenal dan berpotensi untuk Go ASEAN dengan segala daya tariknya. Kebudayaan ini merupakan rekomendasi SSnetter yang sempat didiskusikan dalam jejaring sosial facebook Suara Surabaya, di antaranya:

1. Reog Ponorogo

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Tokoh-tokoh dalam seni Reog Jathil, Warok, Barongan (Dadak merak), Klono Sewandono dan Bujang Ganong (Ganongan). Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah.

Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping.

Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan.

Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,

Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.

Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

2. Tari Si Gale-gale

Si gale-gale yang artinya lemah gemulai ialah tarian asal Sumatra Utara yang sangat dibanggakan oleh masyarakat Batak Toba. Sigale-gale adalah tarian yang diperagakan oleh patung terbuat dari kayu menyerupai manusia. Mengenakan Ulos, Sigale-gale, bisa dikatakan adalah kesenian “wayang” orang Batak sejak ratusan tahun silam.

Cerita si gale-gale menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang sangat disayangi oleh ayahnya. Disuku batak seorang anak laki-laki sangat dijunjung tinggi oleh suku batak, maka dari itu jika sebuah keluarga tidak memiliki seorang anak laki-laki, itu menjadi sebuah keburukan bagi suku batak.

Suasana pertunjukan tarian boneka Sigale-gale memang sangat menarik dan menghibur. Bayangkan, sebuah boneka yang dibelakangnya terdiri dari dua atau tiga orang dalang yang menarik jalur-jalur tali secara anatomis, boneka tersebut terbuat dari kayu menari seperti manusia. Kelihatannya memang seperti manusia jika semakin diperhatikan. Boneka yang tingginya mencapai satu setengah meter tersebut diberi kostum tradisonal Batak. Bahkan semua gerak-geriknya yang muncul selama pertunjukan menciptakan kesan-kesan dari contoh model manusia. Kepalanya bisa diputar ke samping kanan dan kiri, mata dan lidahnya dapat bergerak, kedua tangan bergerak seperti tangan-tangan manusia yang menari serta dapat menurunkan badannya lebih rendah seperti jongkok waktu menari. Padahal semua gerakan itu hanya di atas peti mati, tempat disimpannya boneka Sigale-gale seusai dipajang atau dimainkan.

Tari si gale-gale juga mempunyai cerita tersendiri, pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang tinggal di wilayah Toba. Ia memiliki seorang anak yang bernama “Manggale”. Pada zaman itu masih sering terjadi peperangan antar kerajaan, oleh karena itu sang raja memerintahkan sang anak “Manggale” untuk ikut berperang. “Manggale” pun tewas saat peperangan tersebut. Sang raja merasa sedih dan sangat terpukul karena kepergian anak semata wayangnnya. Kesehatannya semakin memburuk, salah seorang dari penasehat kerajaan pun memberikan nasehat kepada raja untuk membuatkan pahatan patung dari kayu dengan wajah menyerupai anaknya. Saat patung tersebut telah selesai, seorang tabib kerajaan pun melakukan upacara ritual dengan meniup sordam dan memanggil roh anak sang raja untuk dimasukan kedalam patung tersebut. Kesehatan sangraja pun semakin membaik ketika melihat patung tersebut persis dengan wajah anaknya.

Sampai saat ini, Sigale-Gale masih ada di Pulau Samosir, Sumatera Utara dan masih sering dimainkan dengan menggunakan playback musik. Sigale-Gale ini, menjadi salah satu ikon kebudayaan Sumatera Utara yang masih menarik perhatian pengunjung baik dari lokal maupun internasional. Makna tari sigale-gale bagi masyarakat setempat ialah agar sesuatu yang buruk tidak terulang kembali dan dianggap dapat membuang sial.

3. Tari Jajar Gandrung Banyuwangi

Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di wilayah Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan). Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali. Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan “paju”.

Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.

Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh.

4. Tradisi Sedekah Bumi

Setahun sekali, setiap bulan Apit hari Senin Pahing, sebagai tanda rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang dilimpahkan pada penduduk Kademangan Tulakan, Ki Demang Barata mengadakan upacara syukuran yang kemudian dikenal dengan sedekah bumi. Arti kata sedekah bumi adalah sedekah (amal) dari hasil bumi yang diwujudkan dengan berbagai macam makanan kecil.

Sebagai langkah untuk mengingat laku tapa brata yang dilakukan oleh Nyai Ratu Kalinyamat dalam menuntut keadilan atas kematian suaminya, Sunan Hadiri, yang dibunuh oleh Arya Panangsang. Sebelum sedekah bumi pada hari Senin Pahing, didahului manganan dipunden Nyai Ratu Kalinyamat, yaitu bekas pertapaan.

Pada hari Jumat Wage sesuai dengan riwayat yang menyebutkan bahwa kedatangan Ratu Kalinyamat untuk bertapa adalah Jumat Wage. Sebagai tanda bukti dan setia murid-murid Ki Demang Barata yang sudah memimpin pedukuhan, masing-masing mengantarkan makanan kecil ke rumah Ki Demang. Makanan kecil tersebut diletakkan dalam dua buah ancak dan di atas makanan kecil ditanamkan belahan bambu yang diirat tipis-tipis. Iratan tipis bambu tersebut melambangkan rambut jembul dengan diatur sedemikian rupa. Ancak dari rambut jembul dari iratan bambu tipis tersebut dinamakan Jembul Tulakan.

Jembul merupakan perlambangan dari ungkapan yang diucapkan oleh Ratu Kalinyamat waktu menjalani pertapaan yaitu Ora pati-pati wudhar tapaningsun, yen durung keramas getehe lan karmas keset jembule Aryo Panangsang yang dapat berarti tidak akan menyudahi tapa kalau belum keramas dengan darah dan keset rambut Aryo Panangsang.

5. Sekatenan

Sekaten atau upacara Sekaten (berasal dari kata Syahadatain atau dua kalimat syahadat) adalah acara peringatan ulang tahun nabi Muhammad SAW yang diadakan pada tiap tanggal 5 bulan Jawa Mulud (Rabiul awal tahun Hijrah) di alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta. Upacara ini dulunya dipakai oleh Sultan Hamengkubuwana I, pendiri keraton Yogyakarta untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam.

Pada hari pertama, upacara diawali saat malam hari dengan iring-iringan abdi Dalem (punggawa kraton) bersama-sama dengan dua set gamelan Jawa yakni Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendopo Ponconiti menuju masjid Agung di alun-alun utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton. Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara dari masjid Agung, sementara Kyai Gunturmadu akan berada di Pagongan sebelah selatan masjid. Kedua set gamelan ini akan dimainkan secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mulud selama 7 hari berturut-turut. Pada malam hari terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa pulang ke dalam Kraton.

6. Grebeg Suro

Grebeg Suro adalah acara tradisi kultural masyarakat Ponorogo dalam wujud pesta rakyat. Seni dan tradisi yang ditampilkan meliputi Festival Reog Nasional, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel. Grebeg suro merupakan acara tahunan yang dirayakan setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro pada tahun Jawa). Acara ini merupakan kegiatan awal dalam menyongsong Tahun Kunjungan Wisata Jawa Timur setiap tahun.

Rangkaian Grebeg Suro di antaranya, prosesi penyerahan pusaka ke makam bupati pertama Ponorogo. Kemudian disusul pawai ratusan orang menuju pusat kota dengan menunggang bendi dan kuda yang dihiasi. Berikutnya akan ada Festival Reog Nasional di alun-alun kota. Saat itu puluhan grup reyog di Jawa Timur bahkan dari Kutai Kartanagara, Jawa Tengah, Balikpapan, dan Lampung akan turut tampil memeriahkan acara hairem ini. (all/dwi/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs