Ratusan pekerja lokalisasi Dolly berunjuk rasa di depan kantor Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, Senin (19/5/2014). Membawa aneka poster dan spanduk, para pekerja dan warga sekitar Dolly ini menolak rencana pemerintah kota Surabaya yang akan menutup lokalisasi tersebut.
“Rencana penutupan lokalisasi harus dibatalkan,” kata Andy Peci, salah satu koordinator aksi. Menurut dia, penolakan didasari rasa kemanusiaan karena lokalisasi Dolly dan Jarak, tiap harinya telah menghidupi lebih dari 13 ribu warga yang ada di sekitar lokalisasi.
Menurut dia, lokalisasi tak hanya memberikan kehidupan bagi para pekerja PSK, maupun para mucikari, melainkan juga menjadi sumber penghidupan bagi ribuan warga yang ada di sekitar lokalisasi. Mulai tempat parkir, pedagang kaki lima, tukang becak hingga pedagang kelontong selama ini menyambung hidup dari bisnis lokalisasi.
Dalih moral, agama dan kesehatan serta penyelamatan bagi anak-anak yang digunakan pemerintah kota untuk menutup lokalisasi tidaklah tepat. Apalagi, ribuan anak, selama ini juga dihidupi dari bisnis tersebut. “Jika Dolly dan Jarak ditutup, banyak anak yang malah tak bisa bersekolah,” kata dia.
Penutupan lokalisasi, setidaknya bertentangan dengan UU nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah khususnya pasal 20 tentang pedoman azas umum penyelenggaraan pemerintahan dan pasal 22 tentang kewajiban pemerintah sebagai penyelenggara otonomi daerah.
Pantauan suarasurabaya.net, unjuk rasa dimulai dengan long march jalan kaki dari kawasan lokalisasi hingga ke kantor Kelurahan Putat Jaya.
Massa aksi mengatasnamakan Front Pekerja Lokalisasi (FPL) dan menggelar orasi secara bergantian. Massa juga sempat membakar ban bekas tepat di depan kantor kelurahan Putat Jaya. (fik)
Teks Foto :
-Unjuk rasa tolak penutupan Dolly.
Foto : Taufik suarasurabaya.net