Jamaah umroh maupun warga negara Indonesia yang bepergian ke Arab Saudi dan negara-negara Arab lain diimbau untuk tidak melakukan kontak langsung dengan unta.
Imbauan itu disampaikan Prof Tjandra Yoga Aditama Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan dalam keterangannya di Jakarta, Senin (12/5/2014) karena binatang khas padang pasir itu itu diduga menularkan virus korona yang menyebabkan penyakit Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus.
“Untuk sementara ini memang ada baiknya warga kita yang bepergian ke jazirah Arab untuk tidak kontak langsung dengan unta. Pada masa sekarang saya menganjurkan jangan ada paket kunjungan ke peternakan unta dalam paket perjalanan umroh jamaah kita,” kata Prof Tjandra Yoga Aditama seperti dilaporkan Antara.
Selain itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyarankan untuk tidak mengonsumsi susu mentah terutama susu unta dan selalu memasak makanan dengan baik dan matang.
Meski harus dilakukan penelitian lebih mendalam untuk memastikan jalur penularan MERS-CoV, data-data penelitian yang ada menunjukkan indikasi bahwa unta merupakan binatang penular penyakit tersebut.
Pada 11 November 2013, Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengumumkan bahwa MERS-CoV telah dideteksi pada seekor unta yang terkait dengan kasus seorang penderita MERS-CoV di Arab Saudi dimana temuan itu sejalan dengan laporan sebelumnya tentang adanya antibodi reaktif MERS-CoV pada unta.
Kemudian, data yang dikeluarkan WHO pada 27 Maret 2014 menunjukan penelitian pada hewan di Mesir dengan pemeriksaan RT-PCR yang mendeteksi adanya MERS-CoV pada 3,6 persen (4 dari 110) unta berpunuk sehat yang ada di rumah pemotongan hewan (RPH).
Penelitian itu juga menguji serum yang dikumpulkan dari 52 unta dan 179 petugas RPH, antibodi reaktif MERS-CoV ditemukan pada 92 persen sampel unta tetapi tidak ditemukan pada semua sampel manusia. Sementara seluruh unta yang diuji serumnya positif adalah unta impor dari Sudan dan Etiopia.
Penelitian diagnostik molekuler lainnya dari Arab Saudi menemukan adanya infeksi MERS-CoV pada sejumlah unta diberbagai wilayah negara itu, tapi ini hanya penelitian pada unta saja.
Di pihak lain, ada penelitian yang dipublikasi di jurnal Emerging Infectious Diseases yang menemukan dugaan adanya hubungan erat antara virus yang didapat dari manusia dan unta.
“Data-data diatas mendukung adanya kecurigaan bahwa unta merupakan sumber penularan dari MERS-COV. Masih dibutuhkan penelitian lebih mendalam untuk memastikan hal ini, termasuk penelitian untuk mengetahui jalur penularan, investigasi terhadap pajanan dari binatang atau lingkungan serta rantai transmisinya,” ujar Tjandra.
WHO belum mengeluarkan larangan bepergian kepergian terkait MERS-CoV namun para jamaah umroh diharapkan untuk dapat melakukan langkah-langkah pencegahan penularan misalnya dengan selalu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan mengenakan masker jika berada di keramaian.
Masyarakat juga diharapkan untuk segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan jika menderita gejala-gejala demam tinggi, flu, batuk maupun sesak napas untuk memastikan tidak tertular MERS-CoV. (ant/dwi)