Larantuka hanyalah kota kecil yang terletak di kaki gunung Mandiri yang langsung berhadapan dengan lautan sempit di antara Pulau Adonara dan ujung timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Meskipun Kota Larantuka hanyalah sebuah kota kecil tapi kota ini dianggap sebagai pusat perayaan Paskah di Indonesia.
“Kalau untuk perayaan di Katolik, untuk jalan salip pada pagi harinya diperagakan. Tapi tidak semua gereja Katolik demikian tergantung umat di situ bisa melaksanakan apa tidak. Tapi kalau di Larantuka biasanya dirayakan sedemikian rupa. Karena di sana mayoritas juga Katolik, kepercayaannya begitu besar untuk masalah-masalah yang berkenaan dengan perayaan Paskah,” kata Yoseph Contantinus Rafael Jati Waluyo Koordinator Extent Imam Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria Surabaya.
Yoseph bercerita, sebenarnya perayaan Jumat Agung di seluruh dunia sama dengan yang dilakukan di Larantuka.” Teaterikalnya ya begitu, biasanya peragaannya ada yang berperaga sebagai Yesus terus ada peraga serdadu-serdadu Roma. Pada waktu itu setelah diadili dan setelah pengadilan memutuskan untuk dihukum dipaku di kayu salib. Perjalanan dari pengadilan ke Gunung Golgota tadi itu yang biasanya diperagakan dengan demikian baiknya. Sehingga kadang-kadang kita yang melihat saja juga terharu, banyak juga perempuan-perempuan yang menangis,” ujar dia.
Yoseph menjelaskan, di samping salib Yesus ada dua penyamun. Yang satu mengolok-olok Yesus dan satu justru malah mengatakan kalau Yesus itu tidak bersalah. Hanya mengatakan, jika Kau Yesus sudah sampai ke Bapamu maka ingatlah aku. Yesus berkata hari ini juga Kamu akan bersamaku di surga.
“Jadi yang satu mengolok-olok Yesus jika Kau memang anak Allah lepaskanlah dirimu dan lepaskanlah kami. Biasanya kata-katanya demikian. Jadi yang satu bertobat dan satu tidak menyadari kesalahannya justru malah mengolok-olok Yesus dengan kata-kata itu,” katanya.{clip*1}
Tradisi keagamaan yang merupakan warisan Portugis ini sudah berlangsung lebih dari 500 tahun. Waktu itu bangsa Portugis menyebarkan agama Katolik dan berdagang cendana di Kepulauan Nusa Tenggara. (dwi/ipg)