Beberapa pengamat mengatakan politik dagang sapi menjelang Pemilu Pemilihan Presiden (Pilpres) sulit dihindarkan. Hal ini karena partai politik yang memperolehan suara cukup baik tentu akan memasang harga tinggi kepada capres yang membutuhkan.
Ada tiga Capres yang saat ini bermanuver untuk membangun koalisi agar lolos Piplres, diantaranya Jokowi (PDIP) Aburizal Bakri ( Golkar ) dan Prabowo Subianto ( Gerindra).
Ketiga parpol ini tidak dapat mengusung sendiri calon presidennya karena perolehan suara masih kurang atau dibawah 20 persen.
Seebelumnya, Undang-undang mensyaratkan capres minimal harus memperoleh 20 persen kursi di DPR atau 25 persen suara sah. “Persyaratan ini membuka peluang terjadinya politik dagang sapi,” kata Siti Zuhro, Peniliti dan Pengamat Politik LIPI.
Sedangkan menurut Hotman Siahaan, Guru besar Fisip unair Surabaya dihubungi suarasurabaya.net tadi mengatakan, partai tengah tentu tidak akan mendukung begitu saja.
“Imbalannya harus jelas, jadi wapres atau minimal menteri. Tapi ini bisa menjadi bumerang bagi partai yang menjadi tinggi hati karena suarannya menjadi penentu,” kata Hotman.
“Capres akan berpikir juga kalau ada yang rendah hati mengapa berkoalisi dengan partai tinggi hati,” tambahnya.
Muhaimin Iskandar, Ketua Umum DPP PKB mengibaratkan partainya sekarang menjadi gadis sexy dan dilirik banyak orang.
Menurut dia, partainya terbuka berkoalisi dengan siapapun. “Terutama yang akan memberi jatah cawapres kepada PKB,” kata Muhaimin.
Stok di PKB untuk Cawapres cukup banyak termasuk dirinya sendiri. Selain itu, rencananya siang ini, Minggu (13/4/2014) akan dideklarasikan Forum Masyarakat desa untuk Muhaimin menjadi Cawapres. (jos/ain/rst)