
Kemacetan masih menjadi masalah yang menghantui kota wisata di Indonesia. Khususnya wisata di Batu dan Malang yang selalu dipadati wisatawan dari berbagai daerah di setiap libur panjang atau libur akhir pekan.
Seperti yang terjadi pada libur panjang Nyepi, Senin (31/3/2014) lalu. Jalur menuju Malang dan Batu dipadati kendaraan yang hendak berlibur dari pagi hingga sore hari, mulai Sabtu (29/3/2014).
Menurut AKP Dwi Sumrahadi Rakhmanto Kasatlantas Polres Malang pada suarasurabaya.net, Minggu (6/4/2014) titik rawan kemacetan kerap terjadi di Lawang-Singosari. Terutama saat pagi dan sore hari, waktu wisatawan datang dan pergi dari kota Malang.
“Tiap akhir pekan kami menerjunkan beberapa personil untuk mengatur jalur. Namun saat libur panjang kami menerjunkan lebih banyak personil,” jelasnya.
Selain volume kendaraan yang meningkat, Dwi melanjutkan, faktor lain yang menjadi penyebab kemacetan adalah kegiatan masyarakat di sekitar pasar Lawang dan Singosari khususnya di pagi hari. Dimana banyak kendaraan yang keluar masuk ruko.
Penyempitan jalan di beberapa ruas juga menjadi kendala bagi Satlantas Polres Malang untuk mengurai kemacetan.
“Jalur rel kereta di Singosari itu paling sangat mengganggu. Karena perlintasannya seperti gundukan jalan kerap mengalami kerusakan, sehingga terjadi penyempitan dan kendaraan harus memperlambat kecepatan,” papar Dwi.
Sementara itu, untuk mengurai kemacetan, Dwi Mengaku, kerap menggunakan sistem buka tutup u-turn dan rekayasa terbatas.
“Namun sistem ini ada untung ruginya, untungnya pasti mengurai kemacetan, ruginya bagi masyarakat merasa agak terganggu karena lebih lama dan harus berputar jauh,” katanya.
Sedangkan untuk Kota Batu yang menjadi pusat kunjungan wisata, AKP I Gusti Made Merta, Kasatlantas Polres Batu menjelaskan titik rawan kemacetan kerap terjadi di jalan masuk tempat wisata seperti Jatim Park 1 dan 2.
Selain itu, beberapa ruas jalan protokol menuju tempat wisata seperti di Jalan Soekarno Hatta, Jalan Patimura, Jalan Dewi Sartika kerap terjadi kepadatan lalu lintas.
Untuk menguarai kemacetan khususnya dihari libur, kata Made, pihaknya memberlakukan beberapa cara diantaranya memberlakukan rekayasa lalu lintas seperti jalur satu arah dan menggunakan jalur alternatif lain.
Menurut Made, sejauh ini cara yang diberlakukan cukup efektif meski ia mengeluhkan masyarakat yang cenderung menggunakan jalur protokol daripada jalur alternatif.
“Mungkin karena ingin cepat sampai, sedangkan jalur alternatif harus berputar dulu. Tapi kan kalau tidak macet yang menikmati kita bersama,” paparnya.
Terkait image Batu sebagai kota wisata, Made mengutarakan pendapatnya bahwa, sebagai kota wisata harusnya memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, satu diantaranya luasnya jalan menuju tempat wisata.
“Sampai sekarang Prasarana menuju kota Wisata Batu belum memadai tapi sudah dikerjakan, seperti perluasan jalan dan pola one way traffic yang bekerja sama dengan dinas perhubungan,” jelas Made.
Sekedar diketahui, Dinas Perhubungan Malang terus mencari solusi mengatasi kemacetan di jalur Lawang-Singosari yang merupakan jalur utama masuk Kota Malang dan Batu. (ain/tas)