Jumat, 22 November 2024

Hidup di Rusun Tak Selalu Nyaman

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan

Hidup di rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) ternyata tak senyaman yang dibayangkan banyak orang. Bahkan beberapa orang yang kini sudah menetap di rusun, berharap bisa keluar dan memiliki rumah pribadi.

“Kalau punya uang pilih beli rumah sendiri,” kata Siti Khotimah, 45 tahun, warga blok A, lantai I, Rusunawa Gunungsari, ketika ditemui suarasurabaya.net, Kamis (6/3/2014).

Siti Khotimah sendiri terpaksa tinggal di rusun karena rumahnya yang berada di RT 12 / RW 01, Stren Jagir, Wonokromo, saat ini digusur.

Di Rusunawa Gunungsari, Siti bersama dua anak dan suaminya membayar Rp235 ribu perbulan. Biaya ini hanyalah biaya sewa bulanan belum termasuk pemakaian air serta listrik. “Kalau di rusun, semua mahal, karena jauh dari kampung (perkampungan),” ujarnya. Ini tentu berbeda jika dirinya hidup di tengah perkampungan.

Selain itu, di rusun, dia juga tidak bisa sembarangan beli perabot karena luas kamar hanya 34 meter persegi. Luas ini sudah termasuk dapur serta satu kamar mandi.

Selain mahal, hidup di rusun juga tidak bebas untuk buka usaha. “Dulu saya bisa jualan di depan rumah,” ujarnya.

Beruntung, Siti kini memiliki pekerjaan sebagai petugas kebersihan rusun, sedangkan suaminya ikut patungan untuk membuka warung makan di kawasan Stasiun Wonokromo.

Sekadar diketahui, Rusunawa Gunungsari merupakan sebuah rusun yang sengaja dibangun Pemerintah Jawa Timur untuk menampung korban penggusuran warga stren Jagir, Wonokromo.

Rusunawa Gunungsari dibangun di lahan seluas 6.799 meterpersegi dan memiliki 268 unit kamar. Rusun ini mulai beroperasi sejak Mei 2011.

“Lebih dari 80 persen penghuni adalah warga stren Jagir,” kata Sumarwati, pengelola Rusunawa Gunungsari. Sedangkan sisanya dihuni oleh warga lain yang mayoritas adalah para Pegawai Negeri Sipil (PNS). (fik/wak)

Teks Foto :
– Rusunawa Gunungsari Surabaya.
Foto : Taufik suarasurabaya.net

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs