Beberapa sekolah di Surabaya, memberikan keleluasaan siswanya untuk membawa gadget, tetapi tetap diawasi. Satu diantaranya dengan cara menggelar razia untuk mencegah para siswa menyimpan link-link porno dan tidak bermanfaat.
“Di sekolah, siswa memang diberikan keleluasaan untuk membawa handphone maupun laptop. Tetapi itu tetap di bawah pengawasan ketat dari guru maupun sekolah. Satu diantara pengawasan itu adalah razia,” terang Mochtar Kepala SMPN 1 Surabaya.
Lebih jauh Mochtar menyampaikan bahwa, dengan melakukan razia pada perangkat gadget yang dibawa siswa ke sekolah, secara tidak langsung membuat siswa tidak mau mengambil resiko tertangkap basah menyimpan link porno.
“Karena kami juga menerapkan sanksi secara langsung jika dalam razia itu kami temukan gambar porno atau link porno. Oleh karena itu siswa memilih tidak membawa gadget kecuali memang sudah diperintahkan guru,” ujar Mochtar.
Senada dengan itu, Muntiani Kepala SMAN 14 Surabaya justru memilih bercapek-capek ria mendatangi para siswanya yang terlihat bergerombol sambil membuka laptop di lingkungan sekolah.
“Langsung kami datangi dan tanyakan, terkait link-link atau alamat-alamat browser mereka. Dengan pendekatan-pendekatan seperti itu, terbukti disekolah kami, anak-anak memilih menggunakan laptop atau internet untuk kebutuhan tugas sekolah,” kata Muntiani.
Cara sederhana lain yang dilakukan Muntiani adalah dengan melakukan razia kepada siswanya yang sedang belajar didalam kelas masing-masing. “Kalau anak langsung memberikan handphone atau laptop, dan tidak berdalih apapun untuk menolak razia, artinya dalam handphone itu tidak ada yang harus disembunyikan,” terang Muntiani.
Tetapi, jika kemudian siswa berusaha menutup-nutupi, gadget yang mereka miliki saat dilakukan razia, Muntiani memastikan bahwa siswanya menyembunyikan sesuatu.
“Oleh karena itu, kami disekolah sudah melakukan berbagai cara untuk menangkal dan membatasi agar siswa tidak mudah mengakses dan menyimpan link-link porno tersebut. Tetapi jika itu dilakukan diluar sekolah, itu memang kendala tersendiri,” tegas Muntiani pada suarasurabaya.net, Jumat (28/2/2014).(tok/rst)