Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengatakan banjir yang menerjang kawasan Lereng Kelud bukanlah banjir lahar dingin melainkan banjir lahar hujan.
Umar Rosadi, Penanggung Jawab Gunung Api Jawa Timur Jawa Tengah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), ketika ditemui di pos pantau Gunung Kelud, Rabu (19/2/2014) mengatakan banjir lahar dingin sangat berbeda dengan banjir lahar hujan.
Banjir lahar dingin disebabkan karena adanya air mendidih di danau kawah yang lantas tersapu air hujan sehingga meluap dari danau dan mengalir ke lereng Gunung.
Sedangkan banjir lahar hujan adalah banjir yang murni disebabkan air hujan yang turun di puncak gunung dan membawa material debu dan pasir ke lereng gunung. “Di Kelud saat ini tidak ada air di danau kawah, jadi yang saat ini terjadi adalah banjir lahar hujan,” kata Umar.
Umar juga mengatakan, banjir lahar hujan yang terjadi pada Selasa (18/2/2014) kemarin sempat diikuti dengan beberapa kali letusan sekunder di beberapa titik yang berada di lereng gunung.
Letusan sekunder ini adalah letusan akibat adanya bebatuan panas yang tersiram hujan sehingga menyebabkan bunyi ledakan dalam sekala kecil. Letusan sekunder, kata Umar, terjadi di beberapa titik aliran lahar air hujan yang ada di Kelud.
“Bebatuan yang ada di puncak Kelud saat ini masih memiliki panas di atas 600 derajat sehingga jika tersiram air akan menimbulkan bunyi mirip letusan tapi tidak keras,” ujarnya. (fik/edy)
Teks Foto :
-Asap masih mengepul di Gunung Kelud.
Foto : Dok suarasurabaya.net