Bagi warga sekitar Gunung Kelud, akibat letusan pada Kamis (19/2/2014) malam dirasakan tak sebesar letusan yang terjadi pada tahun 1990. Saat letusan tahun 1990, debu yang dilontarkan Kelud memenuhi perkampungan warga hingga ketebalan debu mencapai 1 meter, tapi kali ini, yang memenuhi perkampungan merupakan kerikil kecil dengan ketebalan tumpukan kerikil tak sampai setengah meter.
“Letusan kali ini sebenarnya lebih besar, bahkan material terlontar hingga 17.000 meter, sedangkan tahun 1990 setinggi 8.000 meter,” kata Umar Rosadi, Penanggung Jawab Gunung Api Jawa Timur Jawa Tengah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), ketika ditemui di pos pantau Gunung Kelud, Rabu (19/2/2014).
Lontaran material dua kali lipat lebih tinggi inilah yang menjadikan material yang dilontarkan berjatuhan lebih jauh daripada letusan tahun 1990. Akibatnya, material yang terjatuh di sekitar lereng Kelud memang tak sebanyak tahun 1990.
Meski tak sebanyak tahun 1990, tapi material yang kali ini jatuh di sekitar perkampungan warga Lereng Kelud lebih mematikan karena berupa bebatuan pijar jenis Andesit (bebatuan padat) serta batu Apung atau Pamis.
Dua bebatuan ini, meskipun hanya kerikil seukuran kelereng tetapi merupakan bebatuan panas karena terlempar dari perut Kelud.
Umar mengatakan, batuan jenis Andesit ini merupakan bebatuan yang berbentuk hitam dan merupakan bebatuan penyusun Anak Kelud yang sempat keluar pada letusan tahun 2007.
Sedangkan bebatuan Apung, awalnya merupakan bebatuan padat yang hancur karena kemasukan gas. “Gas panas masuk ke pori-pori bebatuan sehingga bebatuan Apung ini memiliki banyak lubang kecil,” kata Umar.
Bebatuan jenis Apung ini-lah yang lantas dalam sekala kecil menjadi debu vulkanik yang tersebar di hampir seluruh pulau Jawa sesaat setelah Kelud meletus pada Kamis malam.
Umar mengatakan, letusan kelud kali ini memang bersifat eksplosif sehingga mampu menghancurkan bebatuan padat menjadi debu yang beterbangan setinggi 17.000 meter.
Dengan sifat yang eksplosif, debu vulkanik terlempar jauh keluar Kediri, Blitar dan Malang. Sedangkan di sekitar lereng Kelud hanya menyisakan bebatuan seukuran kerikil.
Semakin dekat dengan puncak kelud, maka bebatuan yang terlempar berukuran semakin besar, bahkan pantauan suarasurabaya.net, bebatuan seukuran kepala orang dewasa, bahkan ada yang seukuran kardus air mineral terlempar hingga radius 3 KM dari puncak Kelud.
Kelud memang sangat khusus dan berbeda dengan gunung api kebanyakan yang memiliki sifat letusan freatik yang melemparkan uap air, abu dan debu vulkanik di sekitar lereng.
Meski sering meletus secara eksplosif, tapi Kelud pada tahun 2007 silam juga sempat meletus secara Efusif yang hanya memunculkan Anak Gunung disertai dengan hembusan gas dari dasar gunung. (fik/edy)
Teks Foto :
-Peneliti dari PVMBG mengamati material yang jatuh di lereng Kelud.
Foto : Taufik suarasurabaya.net