Fenomena caleg artis mengundang perhatian para pemilih, ada yang menganggap keberadaanya wajar sebagai bagian dari warga negara Indonesia yang punya hak politik. Tapi, ada juga yang menganggap keberadaan caleg artis hanya sebagai pendongrak suara partai dengan modal tampang tapi kinerja diragukan. Seperti yang disampaikan publik dalam kolom #Diskusi di facebok e100 pada Selasa, (19/2/2014).
Akun Titah Sawantah tegas menyatakan menolak keberadaan caleg artis dalam bursa pileg “Sorry.. Blas Gadhas ora tertarik mbek Caleg Artis, “
Namun Akun Noor Maretono Kuswanto Basuki menyatakan dukungan terhadap kemunculan caleg artis. Noor menuliskan, artis bagian dari rakyat dan profesi artis mungkin perlu disuarakan nasibnya, hingga perlu ada wakil rakyat dari kalangan artis.
Soal popularitas, artis memang sudah top. Entah karena prestasi atau sensasi. Namun, perlu diingat bahwa menjadi wakil rakyat juga harus punya bekal berupa kredibiltas dan akuntabilitas yang tinggi, sehingga ketika akan menyuarakan aspirasi rakyat, mereka tidak asal bunyi.
“caleg adalah pengemban amanah rakyat yang harus memiliki kemampuan menyampaikan dan memperjuangkan rakyat,jika sesuatu tidak di lakukan ahlinya(artis jadi caleg)akan menimbulkan mudharat dan tidak bermanfaat,saya kira masyarakat kita sudah pandai menentukan sosok wakilnya nanti,”, tulis akun Ferry Akhand.
Dalam riset oleh Pol Track Institute yang mengangkat tema “Menakar Peta Politik 2014: Pengaruh Figur terhadap Konfigurasi Politik 2014”, caleg artis tidak memiliki tingkat elektabilitas yang mumpuni karena hanya dipilih oleh sekitar 16,8%. Publik rupanya masih lebih mempercayai caleg dengan latar belakang politikus atau pengurus partai untuk memperjuangkan aspirasinya di parlemen. Namun, menurut akun Wandi Hvs, ada juga caleg yang sepak terjangnya aktif, seperti Rieke Dyah Pitaloka dan Nurul arifin.
Kini, rakyat sudah cerdas. Mereka tidak hanya melihat popularitas tapi juga melihat track record para caleg. Jadi, caleg artis juga harus berkualitas. (ras/rst)
NOW ON AIR SSFM 100
