Orang yang terkena penyakit jantung tak berarti harus berhenti berolahraga. Dr. Dyana Sarvasti Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah bahkan menganjurkan agar pasien kardiovaskular tetap berolahraga.
“Tidak ada handicap, atau setelah sakit jantung tidak berolahraga. Justru olah raga sangat bermanfaat bahkan terapi untuk penyakit jantung koroner atau penyakit kardiovaskular,” ujar Dr Dyana usai menjalani Ujian Terbuka Doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya pada Rabu (14/8/2019).
Namun, ia mengingatkan, agar olahraga dilakukan dengan cara yang benar. Sebab, jika tidak, penderita penyakit jantung bisa mengalami kematian mendadak saat berolahraga.
“Karena tiba-tiba saja pembuluh darah yang sudah sempit tadi, ketika latihan fisik tiba-tiba tersumbat. Atau sumbatan tadi terlepas sehingga menyumbat pembuluh darah berikutnya. Perlu diingat, latihah fisik adalah stres. Stres apapun dapat mengakibatkan sumbatan tadi lepas, baik ketika marah, olahraga, ketika sedang emosi, kelelahan, itu meningkatkan kejadian itu. Itu faktor pencetus,” jelasnya.
Oleh karenanya, para penderita penyakit jantung perlu berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah untuk membicarakan porsi olah raga yang sesuai dengan kondisinya. Ini agar penderita bisa tetap berolahraga dengan porsi yang terukur.
Dr Dyana juga menyebut, bagi pasien yang telah menjalankan terapi secara optimal, yang bersangkutan bisa mengikuti olahraga dalam porsi yang cukup berat.
“Sebetulnya boleh, asal sudah mendapatkan terapi yang optimal,” pungkasnya. (bas/iss/ipg)