Produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) berencana menaikkan harga jual produknya sebesar 15-20 persen mulai awal tahun ini.
Kenaikan harga itu tidak bisa dihindari, karena melonjaknya biaya operasional, diantaranya harga bahan baku plastik kemasan, upah minimum regional (UMR), tarif listrik, dan biaya distribusi.
Andreas Tikno Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) Jawa Timur, mengatakan, sebenarnya mulai September 2013 lalu, produsen AMDK harus menanggung beban kenaikan harga bahan baku plastik kemasan, sekitar 25 persen, akibat menguatnya kurs dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu juga adanya kenaikan tarif listrik secara bertahap di tahun lalu.
“Bagi produk AMDK, biaya untuk packaging sendiri cukup besar, sekitar 60-75 persen, karena masing-masing produsen berbeda. Tentunya ini sangat berat. Tapi selama ini kita menyiasatinya dengan menyetok barang. Tapi kalau terus ditahan harga jualnya, kita juga akan habis,” kata Andreas, Senin (27/1/2014).
Ditambahkan Andreas, produsen AMDK sekarang ini, masih hati-hati dalam menaikkan harga jual produk, karena sekarang ini, bukan masa puncak (peak season) penjualan. Dia memastikan, dalam 1-2 bulan ke depan, produsen AMDK baru akan menyesuaikan harga jual, besarannya di kisaran 15-20 persen.
“Memang sudah ada beberapa produsen yang menaikkan harga jual mulai Desember 2013 lalu sekitar Rp 500-1.000 per kemasan. Tidak menutup kemungkinan mereka akan kembali menaikkan harga jual, karena kenaikan itu tidak akan menutupi melonjaknya biaya operasional,” ujar Andreas.
Sementara di Jawa Timur, menurut Andreas, ada puluhan produsen AMDK dengan beragam merek. Jangkauannya mulai pasar lokal di sekitar kota-kabupaten terdekat dengan pabrik, sampai luar provinsi, dan nasional. Dari semua produsen yang ada, hanya 21 produsen yang tergabung dalam Aspadin Jatim. (tas/ipg)
Teks Foto :
– Andreas Tikno Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) Jawa Timur.
Foto : Teguh suarasurabaya.net