Ketidakhadiran Tri Rismaharini Walikota Surabaya dalam pelantikan Wisnu Sakti Buana jadi Wawali Surabaya jadi pembicaraan banyak pihak.
Tidak hanya anggota DPRD Surabaya, tapi Soekarwo Gubernur Jawa Timur dalam sambutannya juga menyindir ketidakhadiran Risma, sebagai bentuk ketidakdewasaan.
Dalam beberapa kali pidatonya Soekarwo mengatakan, hanya ingin mengungkapkan perasaannya dengan kondisi yang ada di Surabaya. “Walikota dan Wakil Walikota itu harus rukun, jangan sampai pisah ranjang. Wong orang tua saja sakit kalau pisah ranjang, apalagi ini yang pisah ranjang pemimpin Surabaya, maka yang sakit rakyatnya,” ujar Soekarwo sesudah melantik Wisnu Sakti Buana, Jumat (24/1/2014).
Soekarwo juga berpesan, dalam pengambilan setiap keputusan, sebaiknya dilakukan dengan musyawarah mufakat, tidak hanya berdasar suara terbanyak dan harus tunduk dengan hasil itu, kalau itu dilakukan, maka nilai-nilai akan hilang. “Masak kalau ada 10 orang, 9 orang gila yang waras hanya 1, apa harus yang 1 tunduk pada 9 yang gila,” kata Soekarwo.
Sesudah memberikan ucapan selamat pada Wisnu Sakti Buana, Gubernur langsung mendoakan Tri Rismaharini Walikota Surabaya, agar cepat sembuh dari sakitnya.
Gubernur juga belum tahu soal sakitnya Walikota Surabaya, karena baru tahu kalau walikota sakit, sesudah Mochammad Mahmud Ketua DPRD Surabaya membacakan suart izin dari Walikota yang dibacakan dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Surabaya.
Sementara gubernur juga berpesan pada Wawali Surabaya yang baru, agar bisa menjalankan tugas dan fungsinya, diantaranya di bidang pengawasan, sosial, budaya dan harus dikerjasamakan dengan Walikota.
“Dengan ada aturan dan paket politik yang sudah jelas, maka Walikota dan Wawali harus rukun berdasar aturan dan undang-undang yang ada, maka keduanya harus kerja sama,” jelas Soekarwo Gubernur Jawa Timur. (tas/ipg)
Teks Foto :
– Proses Pelantikan Wisnu Sakti Buana Wawali Surabaya tanpa kehadiran Tri Rismaharini Walikota Surabaya, Jumat (24/1/2014).
Foto : Teguh suarasurabaya.net