Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menginstruksikan seluruh warga NU untuk melaksanakan salat gaib sebagai bentuk penghormatan kepada Rais Aam PBNU KH Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh yang wafat pada Jumat (24/1/2014) pukul 01.05 WIB.
“Mari kita berikan penghormatan terakhir kepada Kiai Sahal dengan melaksanakan salat gaib,” kata Muhammad Sulton Fatoni, Wakil Sekretaris Jenderal PBNU pada Antara.
Selain itu, PBNU juga menginstruksikan dibacakannya doa dan tahlil untuk Kiai Sahal yang meninggal dunia di usia 76 tahun.
“Di Masjid An-Nahdlah (Gedung PBNU) sendiri tahlil akan dilakukan selama tujuh hari berturut-turut,” kata Sulton.
Kiai Sahal yang lahir pada 17 Desember 1937 tersebut rencananya akan dimakamkan di Kompleks Pemakaman Waliyullah Mbah Mutakkin, Pati, pagi ini sekitar pukul 09.00 WIB.
“Tepatnya di sebelah makam Kiai Abdullah Salam, paman Kiai Sahal yang sekaligus salah satu pembimbingnya hingga menjadi ulama besar seperti sekarang,” ujar Sulton.
Hingga tutup usai, Kiai Sahal masih menjabat sebagai pemimpin tertinggi (Rais Aam) di PBNU, jabatan yang dipercayakan kepadanya sejak tahun 1999 silam.
Kiai dengan konsentrasi penguasaan ilmu fiqih tersebut juga menduduki jabatan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak tahun 2000 hingga sekarang.
Sementara itu, Ali Masykur Musa, Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (NU) menyatakan wafatnya Kiai Sahal Mahfudz membuat bangsa Indonesia kehilangan salah satu ahli ilmu fiqih terbaiknya.
“Innnaalillaahi wa innaa Ilaihi roojiuun, telah meninggal dunia guru kami, KH Sahal Mahfudz. Mbah Sahal adalah sosok yang sangat alim. Indonesia kehilangan ahli Fiqih terbaiknya,” ujar Ali Masykur.
Ilmu Fiqih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Allah SWT.
Menurut Ali Masykur Musa, Sahal yang lazim disapa Mbah Sahal tersebut adalah seorang fuqoha (ahli ilmu Fiqih) modern.
Ada dua kitab karya Sahal yang selalu menjadi rujukan umat untuk memperkaya khasanah Islam, yaitu Fiqih Siyasah (politik) dan Fiqih Lingkungan.
Dengan buku yang menjadi karya beliau itu, ujar Ali Masykur, hukum Islam mampu menjawab berbagai tantangan zaman.
“Mbah Sahal yang juga mengemban amanah sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) selama tiga periode ini adalah tokoh yang sangat disegani, bukan hanya karena ilmu, tetapi juga akhlaknya,” kata Cak Ali, panggilan akrab Ali Masykur Musa.
Dalam berorganisasi, lanjut dia, Sahal adalah sosok yang sangat taat pada aturan organisasi yang ada, sehingga pengambilan keputusan selalu menunggu pendapat tokoh ini.
“Secara pribadi saya sangat kagum dan hormat pada almarhum Mbah Sahal. Banyak sikap politik saya yang dipengaruhi oleh pandangan beliau. Saya sangat terkesan saat menjadi Ketua Umum Ikatan Sarjana NU (ISNU), saya dilantik langsung oleh beliau, yang mana tidak biasa dilakukan sebelumnya,” kata Cak Ali yang juga Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).(ant/fik)