Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya meminta agar Pemerintah Provinsi Papua mengevaluasi kembali fungsi asrama mahasiswa di Jalan Kalasan, Surabaya. Piter Frans Rumaseb Ketua Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya mengatakan, evaluasi itu terkait siapa saja yang boleh tinggal dan aturan yang mengikat di asrama itu.
“Itu harus berkala dan dipantau terus. Minimal, harus ada yang dituakan. Ketua asrama lah. Kalau sudah tidak kuliah lagi, atau yang tinggal dan berpotensi masalah, mungkin ya harus dikeluarkan. Sehingga yang tinggal harus benar, dengan tujuan belajar di Surabaya. Dan kemudian kembali ke Papua,” ujar Piter Frans di Asrama Papua di Jalan Kalasan pada Sabtu (17/8/2019).
Ia mengatakan, asrama yang diresmikan tahun 2006 ini merupakan aset Pemerintah Provinsi Papua. Sehingga, kewenangan mengatur asrama ini berada di tangan pemprov Papua.
“Jadi pengawasan ini masuk di pemerintah Papua langsung. Kami hanya dari senior, memantau saja, kalau ada seusatu yang potensi bermasalah buat mereka,” jelasnya.
Sebenarnya, kata Piter, saat awal diresmikan, asrama ini memiliki pamong asrama. Tugasnya untuk mengatur penghuni dan aturannya. Namun, setelah berjalan tiga tahun, struktur ini tidak berfungsi.
“Di sekitar tahun 2000an, yang masuk (Mahasiswa Papua di Surabaya, red) itu kurang komunikasi dengan kita. Kita senior-senior coba komunikasi dengan kita. Mengarahkan, membimbing, tapi karena anak muda, dengan semangat mereka sendiri, kurang begitu mendengarkan kita,” katanya.
Untuk berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Papua, ia dan para senior mengaku akan berkomunikasi dengan Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim
“Akan membangun komunikasi disana, di Papua. Untuk cari solusi. Agar tidak ada stigma negatif pada warga Papua di Surabaya,” tegasnya.
Sebelumnya, puluhan massa dari sejumlah ormas, petugas Linmas, polisi, dan warga terlihat memadati jalan di depan asrama papua di Jalan Kalasan tersebut, Sabtu (17/8/2019). Polisi juga menembakkan gas air mata untuk menjemput puluhan penghuni asrama.
Puluhan mahasiswa diangkut ke dalam tiga truk polisi. Mereka keluar sambil mengangkat kedua tangannya.
Pada Sabtu malam, kondisi jalan Kalasan berangsur-angsur normal. Massa dari sejumlah ormas terpantau secara berangsur meninggalkan lokasi. Meski begitu, polisi masih melakukan sterilisasi di jalan Kalasan, Surabaya. (bas/iss)