Jatim mulai meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) dengan mulai memanfaatkan penggunaan tenaga surya (solar cell) maupun pembangkit listrik tenaga surya (PTLS).
Setiajit Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, pemilihan tenaga surya dinilai efisian dan lebih luwes digunakan.
“Terutama di tempat-tempat yang tidak ada saluran udara tegangan menengah maupun saluran udara tegangan rendah, atau istilah awamnya jaringan menengah dan jaringan rendah,” katanya.
Tempat-tempat seperti itu, kata dia, masih ditemukan di daerah kepulauan, di daerah terpencil, terluar, dan tertinggal di Jawa Timur. PLTS maupun solar room system dari rumah ke rumah, atau juga PLTS komunal akan digunakan.
“Kami sudah mulai di Pulau Gili Iyang (Sumenep). Kami gunakan PLTS komunal untuk sekitar 500 kepala keluarga. Tidak besar, cuma 500 KVA. Tapi setidaknya sudah dimulai,” ujarnya.
Pengggunaan tenaga surya juga akan diterapkan di seluruh kantor dinas di lingkungan Pemprov Jatim mulai 2020 mendatang.
“Masing-masing dinas/badan akan dibantu PLTS juga. Karena bisa mengefisiensi sekitar 40-50 persen penggunaan tenaga listrik,” katanya.
Anggaran untuk Detail Engineering Desain (DED) untuk penerapan tenaga surya di kantor dinas dan badan di lingkungan Pemprov Jatim ini akan disertakan pada Perubahan APBD 2019.
“Kalau anggaran pengadaannya, nanti di APBD 2020,” ujarnya.
Penggunaan tenaga surya juga diterapkan untuk penerangan jalan umum (PJU) di sejumlah wilayah di Jawa Timur. PJU yang tadinya menggunakan tenaga listrik akan diganti PJU bertenaga surya (PJU-TS).
“Surabaya kan sudah mulai, ya. Untuk lampu lalu intas di setiap perempatan. Nah, kami akan terapkan di PJU,” ujarnya.
Pemprov Jatim, kata dia, juga akan mulai meningkatkan EBT dengan mendorong pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Jawa Timur. Seperti yang sudah diterapkan Surabaya.
“Surabaya kan sudah pakai sanitary landfill. Sekarang sudah jalan, nanti juga ada thermal yang menghasilkan 8,31 megawatt. Kalau 2019 ini selesai, 2020 Surabaya sudah punya sekitar 10 megawatt,” ujarnya.
Setelah Surabaya, Pemprov mendorong pengadaan PLTSa di Kabupaten Sidoarjo juga di Mojokerto. Selain Surabaya saat ini sudah ada di lamongan, namun hanya menghasilkan 25 KVA. “Sidoarjo sedang DED,” katanya.
Pemprov Jatim, kata dia, juga akan mendukung rencana pengembangan EBT E2 (ethanol dicampur pertamax) yang akan terus ditingkatkan pada 2020 mendatang.
“2020 ditambah lagi, lebih besar ethanolnya sehingga campurannya lebih baik lagi dan oktan-nya lebih baik lagi,” katanya.(den/dwi)