Konsultan ibadah perempuan akan ditambah pada musim haji 2020 mengingat tingkat kebutuhan jamaah terhadap bimbingan dan konsultasi khusus perempuan semakin tinggi.
M. Nur Kholis Setiawan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama (Kemenag) menegaskan, perlunya menambah komposisi konsultan ibadah perempuan pada penyelenggaraan ibadah haji yang akan datang.
“Tahun ini, ada 25 konsultan ibadah haji di Daerah Kerja Mekkah dan hanya satu yang perempuan,” katanya, dilansir Antara, Senin (26/8/2019).
Menurut dia, proporsi konsultan ibadah haji perempuan akan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
“Kuota jamaah haji Indonesia mencapai 231 ribu, kebanyakan kaum ibu. Maka, perlu menambah konsultan ibadah perempuan,” tambahnya.
Keberadaan konsultan perempuan penting, lanjut M Nur Kholis, karena seringkali proses konsultasi tidak melulu dengan pendekatan teori fiqih semata.
Banyak hal yang tidak terungkap jika proses konsultasi dengan kaum Adam, utamanya yang terkait dengan masalah kewanitaan.
“Ada perempuan yang perlu bimbingan untuk membedakan darah haid dan penyakit atau istihadlah misalnya, ini akan lebih nyaman jika proses konsultasi dilakukan dengan konsultan perempuan. Jadi, sangat penting keberadaan konsultan ibadah dari perempuan,” jelasnya.
Memperkuat konsultan ibadah, lanjut Sekjen, sesuai dengan program yang dicanangkan oleh Lukman Hakim Saifuddin Menteri Agama bahwa pada 2020, pemerintah berkomitmen untuk lebih meningkatkan kualitas fasilitasi layanan bimbingan ibadah untuk jamaah.
“Saya kira layanan pendukung, baik akomodasi, transportasi, katering maupun perlindungan dan kesehatan sudah sangat memadai. Ke depan, kualitas ibadah akan lebih difokuskan,” tandasnya.
Selain konsultan ibadah haji perempuan, lanjut M Nur Kholis, keberadaan petugas pembimbingan ibadah lansia juga akan jadi perhatian untuk perbaikan ke depan.
Berdasarkan data Sistem Infornasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), komposisi sekitar 214.000 anggota jamaah haji Indonesia yang reguler, terdiri dari 56 persen anggota jamaah perempuan dan 44 persen anggota jamaah laki-laki.
“Dari jumlah itu, sebanyak 73,5 ribu berusia 51-60 tahun. Bahkan, 62,8 ribu usianya di atas 61 tahun,” tuturnya.
Dari sisi pendidikan, sebanyak 70,2 ribu hanya lulus SD. Sementara sebanyak 24,9 ribu lulusan SMP.
Jumlah anggota jamaah yang lulus SLTA sebanyak 51,5 ribu, diploma sebanyak 12,3 ribu, sarjana sebanyak 45,2 ribu, pascasarjana (S2) sebanyak 7 ribu S2, dan 400 ribu lulusan S3. Ada 1,2 ribu yang tidak masuk semua kategori. (ant/ang)