Universitas Surabaya (Ubaya) mengajak 26 mahasiswa dari 10 negara, Kamis (29/8/2019) peserta Ubaya Summer Program 2019, belajar menulis Huruf Jawa atau Hanacaraka.
Sebanyak 26 mahasiswa yang berasal dari 10 negara tersebut menempati meja-meja kecil yang di atasnya sudah tersedia kertas dan tinta hitam untuk menulis Huruf Jawa atau Aksara Jawa Hanacaraka seperti yang terlihat pada layar slide di depan mereka.
Tulisan Aksara Jawa merupakan ciptaan Aji Saka seorang kesatria Jawa Tengah untuk mengenang kesetiaan kedua abdinya yaitu Dora dan Sembada. Pada setiap baris Aksara Jawa memiliki bunyi yang mengandung arti.
Pada baris pertama, berbunyi Ha-na-ca-ra-ka yang berarti ana utusan (ada utusan). Baris berikutnya, berbunyi Da-ta-sa-wa-la yang berarti padha kekerengan (sama-sama menjaga pendapat).
Selanjutnya, berbunyi Pa-dha-ja-ya-nya yang berarti padha digdayane (sama-sama sakti). Baris terakhir, berbunyi Ma-ga-ba-tha-nga yang berarti padha dadi bathange (sama-sama menjadi mayat).
Pada sesi Javanese Calligraphy ini, mahasiswa asing peserta Ubaya Summer Program 2019 diajarkan menulis 20 huruf Aksara Jawa atau biasa disebut Hanacaraka atau Aksara Carakan beserta pasangannya (sandhangan).
Setelah mendapatkan penjelasan singkat atau sejarah Aksara Jawa, peserta Ubaya Summer Program 2019 mencoba membuat nama panggilan masing-masing dalam huruf Aksara Jawa menggunakan pensil.
Setelahnya para mahasiswa asing dari 10 negara itu, China, Thailand, Jepang, Filipina, Austria, India, Denmark, Belanda, Jerman, dan Bangladesh, bebas berkreasi menghias dan melukis tulisan pada media kayu berbentuk gantungan kunci menggunakan cat akrilik.
(Marit van Heerwaarde dari Universitas Groningen Belanda menunjukkan karyanya dalam Aksara Jawa. Foto: Totok suarasurabaya.net)
“Ubaya Summer Program dikemas lebih menyenangkan agar dapat diterima dengan baik oleh mahasiswa asing. Karena itu, aktivitas pembelajaran dilakukan di dalam dan di luar kelas. Tujuan utamanya memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia,” terang Adi Prasetyo Tedjakusuma, B.Bus., M.Com., Direktur Kerjasama Kelembagaan Luar Negeri Ubaya.
Mengapa dipilih menulis Aksara Jawa atau Hanacaraka bagi peserta Ubaya Summer Program 2019 karena Aksara Jawa sudah jarang dipakai bahkan tidak lagi banyak dikenali oleh generasi muda Indonesia sendiri.
“Faktanya demikian. Aksara Jawa saat ini memang tidak lagi banyak dikenali, bahkan oleh generasi muda Indonesia. Dan pada kesempatan ini, kami mengajak peserta dari 10 negera mengenal dan mencoba menulis Aksara Jawa,” tambah Adi Prasetyo Tedjakusuma, Kamis (29/8/2019).
Kegiatan ini merupakan satu diantara rangkaian Ubaya Summer Program 2019 bertema: Product Design and Development: Indonesian Traditional Patterns. Ubaya Summer Program 2019 merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahun.
Selama satu minggu, mahasiswa asing diajak mengenal dan belajar tentang kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia. Satu diantaranya dengan memperkenalkan tulisan Aksara Jawa, sekaligus mencoba menuliskannya.
Ditambahkan Christabel Annora Paramita Parung, S.T., M.Sc., pengajar Aksara Jawa sekaligus Dosen Program Studi Desain Fashion dan Lifestyle Fakultas Industri Kreatif (FIK) Ubaya, bahwa Aksara Jawa merupakan aksara tradisional Nusantara yang perlu dilestarikan dan diperkenalkan kepada dunia.
“Indonesia kaya seni dan budayanya. Kami ingin memperkenalkan budaya asli Indonesia yaitu Aksara Jawa. Peserta kami ajak mengenal bagaimana tulisannya sekaligus mempraktikkan secara langsung dengan menulis nama mereka menggunakan Aksara Jawa,” papar Christabel Annora Paramita Parung.
Saskia Homminga mahasiswi University of Groningen The Netherlands, Belanda mengaku baru pertama kali melihat dan mengenal Aksara Jawa. “Ini pertama melihat Aksara Jawa. Senang bisa mencoba dan mengenali budaya Indonesia,” kata Saskia.
Dalam rangkaian Ubaya Summer Program 2019 ini, terdapat sesi Surabaya City Tour yang mengajak peserta melihat keindahan Kota Surabaya, mengunjungi Museum Gubug Wayang, House of Sampoerna, dan Jembatan Suramadu.(tok/ipg)