Dua mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Surabaya (Ubaya) raih juara pertama lomba debat Bahasa Inggris Kefarmasian di Pekan Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (PIMFI) 2019.
Lomba debat tahun ini bertema: Aktualisasi Peran Kefarmasian dalam Pengobatan di Era Modern, gelaran Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (Ismafarsi) di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Fisia Niti Atmadja dan Tan Yessika Kumalasari berhasil mengalahkan 16 tim dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) se-Indonesia.
Mereka harus mempersiapkan argumen yang tepat sesuai mosi atau topik yang berkaitan dengan isu-isu Kefarmasian.
Enam mosi atau topik yang dibahas dalam lomba debat, yaitu Badan Pengamat Obat dan Makanan (BPOM) melarang penjualan obat-obatan melaluli e-commerce, Apoteker bertanggung jawab dalam resistensi antibiotik, Kemenristeksikti harus mewajibkan setiap jurusan kesehatan untuk menerapkan Interprofessional Education, produk saintifikasi jamu digunakan sebagai terapi utama pengobatan, Pillo Health sebagai robot pengingat kesehatan, dan Telemedicine untuk mengefektifkan pelayanan Kefarmasian.
“Debat kali ini merupakan debat pertama kami menggunakan British Parliamentary Debate System. Kami harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan menyampaikan argumen yang tepat secara runtut sehingga dapat meyakinkan juri. Awalnya kami ragu, namun ini pencapaian yang luar biasa bisa lolos ke babak final dan meraih juara pertama,” terang Fisia, peraih predikat Best Speaker Lomba Debat PIMFI 2019.
Ike Dhiah Rochmawati, S.Farm., M.Farm.Klin.,Apt., Dosen Fakultas Farmasi Ubaya menyampaikan bahwa dengan mengikuti sejumlah kompetisi di bidang Farmasi maka mahasiswa secara tidak langsung akan dilatih untuk menjadi lebih percaya diri.
Disamping itu, melalui pengalaman yang didapat selama berkompetisi membuat mereka melatih mengintegrasikan ilmu yang sudah didapat serta mempertajam critical thinking pada kasus-kasus yang berkaitan dengan bidang Farmasi.
“Semua itu nantinya diperlukan saat mereka menjadi Apoteker sebagai tenaga kesehatan professional,” papar Ike sapaan Ike Dhiah Rochmawati, S.Farm., M.Farm.Klin., Apt..
Latihan intensif dilakukan Fisia dan Yessika dengan berdiskusi bersama dosen pembimbing. Mereka melakukan simulasi debat sesuai mosi atau topik yang akan dihadapi pada perlombaan.
Fisia, mahasiswa Fakultas Farmasi Ubaya semester lima ini mengungkapkan bahwa tantangan terberatnya ketika mereka harus berhadapan dengan tim dari universitas ternama di Indonesia pada babak final.
“Pada babak final, kami mendapat mosi atau topik impromptu. Jadi semua tim disuruh untuk menanggapi sebuah kasus atau topik yang sebelumnya kami tidak tahu atau tanpa persiapan. Disana kami hanya diberi kesempatan googling sebentar menggunakan handphone. Setelah itu, secara bergantian kami memberikan argumen terhadap kasus yang diberikan,” ujar Fisia.
Lomba di tingkat nasional ini berhasil menghantarkan tim Ubaya menjadi juara satu dengan membawa pulang piala, sertifikat, dan sejumlah uang. Juara kedua diraih oleh Universitas Gadjah Mada dan juara ketiga diraih oleh Universitas Ahmad Dahlan.
“Saya berharap mahasiswa Farmasi yang lain ikut terpacu memberanikan diri menerima tantangan di perlombaan lain sebagai ajang pembelajaran di luar perkuliahan dan praktikum. Ajang pembelajaran tidak hanya knowledge, tetapi juga kepercayaan diri, networking, hingga attitude yang baik dalam menyampaikan pendapat professional dengan cara yang santun,” pungkas Ike yang juga bertugas sebagai Dosen Pembimbing, Jumat (30/8/2019).(tok/rst)