Investor asal Jepang dan Korea Selatan menanamkan modalnya di Probolinggo, Jawa Timur untuk produksi pelet kayu (wood pellets) sebagai pengganti bahan bakar batu bara.
Kazunori Khosikawa mewakili Avis Corporation, Jepang dan Dong Sig Soung mewakili Korea South-East Power Co, Korea Selatan telah menandatangani Letter of Agreement dengan PT Kita Jaya Gemilang.
Penandatangan perjanjian ketiga perusahaan itu berlangsung di East Java Investival (EJI), festival investasi hasil kerja sama Pemprov Jatim dengan pihak ketiga, di Grand City, Kamis (12/9/2019).
Ketiga perusahaan sebagai konsorsium, melalui penandatanganan itu menyepakati perjanjian investasi senilai Rp75 miliar untuk pembangunan fasilitas pabrik atau gudang pelet kayu di Probolinggo.
Aris Mukiyono Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Timur mengatakan, dua perusahaan asal Jepang dan Korea itu sudah mempresentasikan niatnya.
“Mereka menemui Bu Gubernur dan menceritakan latar belakang mereka mau investasi di Probolinggo. Jadi mereka ini punya hasil penelitian tentang bahan baku industri listrik,” ujarnya.
Pemerintah Korea Selatan, kata Aris, telah membatasi penggunaan energi nuklir pada industri listrik setempat. Akhirnya, pelaku industri beralih menggunakan bahan bakar batu bara, diambil dari Brazil dan Indonesia.
Sayangnya, lambat laun ketersediaan batu bara sebagai energi fosil semakin menipis. Maka Korea South-East Power co melakukan penelitian untuk mencari pengganti batu bara.
“Ternyata, ini saya juga baru tahu, kayu trembesi dan kayu sengon itu bisa dipadatkan sedemikian rupa dan bisa menjadi bahan baku pengganti batu bara,” katanya di sela acara EJI.
Aris mengatakan, pembangunan pabrik atau gudang pelet kayu di Probolinggo akan dimulai pada Februari 2020 mendatang. Pelet kayu sudah harus ekspor ke Jepang dan Korea mulai Maret.
“Kalau sudah realisasi, perusahaan Indonesia itu sudah harus mengekspor wood pellets mulai Maret. Dampak investasi (omzet)-nya mencapai Rp180 miliar per tahun,” katanya.
Selain investasi pelet kayu oleh konsorsium ini di Probolinggo, investor lain bernama Mochizuki Kyoichi asal Jepang juga berinvestasi di bidang pelet kayu di Bojonegoro senilai Rp24 miliar.
Total investasi yang akan terealisasi pada 2020 mendatang yang disepakati di acara EJI di Grand City Convex, kemarin, mencapai Rp135 miliar. Aris berharap, sebagai awalan ini dapat mendongkrak investasi di Jatim.
Dia targetkan, dari acara EJI itu setidaknya bisa masuk investasi tambahan Rp65 miliar lagi. Tidak hanya dari investor asing, Pemprov Jatim juga berharap dari investor dalam negeri. Seperti Gilang Ramadhan.
Gilang Ramadhan yang juga seorang musisi tanah air, drummer Band Krakatau, adalah satu-satunya investor dalam negeri yang menandatangani LoA untuk kopi specialty asal Bondowoso.
“Mas Gilang itu punya semacam kafe di Jakarta. Nah dia nanam modal untuk kopi Bondowoso. Penerimanya ini bukan perusahaan, tapi Gapoktan (Gabungan Kelompok Petani) setempat,” ujarnya.(den/dwi)