Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi musim kemarau dengan kekeringan ekstrem masih akan terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia hingga November 2019.
“Musim hujan tahun ini (diprediksi) mundur sehingga musim kemarau menjadi lebih panjang,” kata Dwikorita Karnawati Kepala BMKG pada acara Sosialisasi Hasil Kegiatan Mikrozonasi Gempa Bumi di Hotel Grand Candi Semarang, Kamis (19/9/2019).
Menurut dia, jika dilihat berdasarkan jangka waktunya, maka musim kemarau tahun ini menduduki posisi kedua setelah kekeringan yang terjadi 2015.
“Musim kemarau 2015 merupakan yang paling lama dan tahun ini nomor dua,” ujarnya kepada Antara.
Terkait dengan hal itu, BMKG semua pihak untuk melakukan antisipasi guna mengurangi dampak musim kemarau yang berkepanjangan.
Sementara itu, Sudaryanto Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah mengatakan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak guna mengurangi dampak kekeringan ekstrem pada tahun ini.
Ia menyebutkan musim kemarau yang ekstrem bisa menimbulkan kebakaran lahan maupun hutan seperti yang terjadi kawasan pegunungan di Jateng dalam beberapa waktu terakhir.
Untuk mencegah sekaligus meminimalisasi dampak bencana kekeringan berupa kebakaran pada musim kemarau, ia mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak membuang puntung rokok secara sembarangan, khususnya saat berada di kawasan hutan karena dapat menyebabkan kebakaran hutan dan lahan.(ant/iss/ipg)