Sabtu, 23 November 2024

Lulusan Perguruan Tinggi Perlu Didorong Berkarya Lewat Startup

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Mukhamad Misbakhun anggota Komisi XI DPR pada Sidang Senat Terbuka Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (21/9/2019). Foto: Istimewa

Mukhamad Misbakhun anggota Komisi XI DPR mengingatkan para lulusan perguruan tinggi benar-benar melek Revolusi Industri 4.0. Legislator Partai Golkar itu mengatakan, ada banyak tantangan sekaligus peluang di era perubahan besar yang berbasis pada kemajuan teknologi informasi itu.

Misbakhun menyatakan hal itu saat menyampaikan orasi ilmiah di depan wisudawan dan wisudawati pada Sidang Senat Terbuka Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (21/9/2019).

“Revolusi Industri 4.0 memengaruhi cara industri beroperasi dan cara melayani konsumen. Situasi ini memaksa pelaku usaha untuk menyesuaikan diri,” ujar dia.

Mantan pegawai negeri sipil (PNS) Kementerian Keuangan itu menjelaskan, besarnya perusahaan bukan lagi ukuran keberhasilan. Sebab, kini yang dituntut adalah kelincahan dan kemampuan membaca kebutuhan pasar.

Dalam orasi ilmiah bertitel “Kesiapan Daya Saing dan Jiwa Entrepeneur SDM Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0” itu Misbakhun mencontohkan Grab dan Go-Jek yang menjadi ancaman bagi pemain-pemain besar industri transportasi. Contoh lainnya adalah Airbnb yang menggerus kampiun perhotelan.

“Grab dan Go-Jek justru tidak memiliki satu pun armada transportasi. Airbnb yang mengancam pemain-pemain utama industri perhotelan dan tidak memiliki satu pun hotel,” jelasnya.

Dia menjelaskan, inti Revolusi Industri 4.0 adalah makin kuatnya peran internet yang memudahkan komunikasi antarmanusia, manusia dengan mesin, bahkan mesin dengan mesin. Karena itu, katanya, peran manusia lebih pada fungsi controling.

“Untuk memastikan mesin berinteraksi sesuai yang diharapkan,” kata Misbakhun.

Lebih lanjut dia mengatakan, hal menonjol di era Revolusi Industri 4.0 adalah disrupsi. Kini, nama-nama besar di berbagai sektor industri menghadapi disrupsi.

Misbakhun menjelaskan, nama-nama besar di industri kalah bersaing bukan karena melakukan kesalahan. Sebagai contoh adalah Nokia yang produk-produknya pernah merajai pasar, namun kini tergusur dan kalah bersaing.
Menurutnya, Nokia kalah bersaing bukan karena kurang kreatif ataupun tak berinovasi.

“Kini inovasi berkelanjutan yang dulu dianjurkan para ahli, tak cukup lagi. Ini menjadi persoalan besar pada abad ini, sebab kini dunia tengah menyaksikan tumbangnya merek-merek besar yang tak pernah kita duga akan secepat itu terjadi,” kata dia.

Karena itu Misbakhun mendorong wisudawan dan wisudawati berani berpikir kreatif dan orisinal. Langkah yang bisa ditempuh adalah dengan membuat perusahaan rintisan atau startup.

Kini, katanya, generasi milenial tidak lagi tertarik pada usaha mikro kecil dan menengah. Kuncinya adalah penguasaan pada teknologi informasi dan berani mengambil risiko.

“Di banyak negara, bisnis startup diyakini berdampak pada penciptaan lapangan kerja yang besar sehingga mereka diberi ruang dan area khusus serta kebijakan yang kondusif,” jelasnya.

Misbakhun pada pengujung orasi ilmiahnya berpesan kepada para wisudawan dan wisudawati untuk kreatif, tahan banting, mampu memahami kebutuhan pasar, serta berani mempelajari hal-hal baru.

“Karena itulah yang lebih menentukan kesuksesan di masa depan,” katanya.(faz/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs