Sabtu, 23 November 2024

Kak Seto: Anak-anak Boleh Bersuara dan Dijamin Haknya Tapi Dengan Cara Cerdas

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Seto Mulyadi Ketua Perlindungan Anak Indonesia (LPAI). Foto: Istimewa

Anak-anak boleh bersuara dan dijamin haknya tapi dengan cara yang benar dan media yang benar. Ini disampaikan Seto Mulyadi Ketua Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) menanggapi aksi unjuk rasa ribuan pelajar di sekitar gedung DPR RI, Rabu (26/9/2019).

Kata Seto, anak tidak boleh ikut politik praktis. Misalkan, pemerintah mengadakan forum anak sejak tingkat desa sampai nasional. “Suara anak diperdengarkan pada puncak Hari Anak Nasional di depan Presiden. Jadi harus diarahkan pada forum-forum yang tepat seperti itu. Di sekolah kalau bisa juga ada forum, jadi mereka bisa bicara pembangunan untuk mereka dan masa depan mereka. Selain itu, RT, RW, Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah mohon bisa mengontrol untuk penyaluran aspirasi anak-anak,” kata Kak Seto panggilan akrab Seto Mulyadi pada Radio Suara Surabaya, Kamis (26/9/2019).

Dalam aksi unjuk rasa pelajar kemarin, Kak Seto mengaku sempat bertanya pada anak-anak yang ikut aksi unjuk rasa apakah ada gurunya yang tahu. Mungkin anak-anak ini tidak tahu dalam penyaluran aspirasi, ada yang dilarang terutama yang membahayakan jiwa mereka. Apalagi ada tagar STM Bergerak dan ada yang membara.

Karena, kata Kak Seto, ciri psikologis dari semua remaja di dunia adanya kekompakan sesama grupnya. Ini juga kewaspadaan orang tua agar menjadi sahabat mereka dan jangan malah menjadi seperti bos. Pengarahan akan lebih mudah diterima tapi kalau main kekerasan anak jadi lebih tidak berkenan.

Terkait aksi anarkis dalam unjuk rasa pelajar kemarin, kata Kak Seto, menjadi kewenangan polisi untuk menyelidiki. “Kami hanya mendesak pada perlindungan anak. Kalau memang ada provokator, mohon polisi bisa segera menemukan. Jangan sampai anak-anak jadi martir. Kami akan terus mempelajari kondisi ini dan koordinasi dengan polisi,” ujar dia.

Selain itu, kata Kak Seto, jangan sampai ada pemukulan ke anak-anak karena aksi unjuk rasa rawan benturan dan kekerasan. “Tapi kami juga memahami di kondisi yang hiruk pikuk, ada mobil dibakar, aparat tersulut emosinya. Tapi ini yang harus dijaga, jangan sampai ada bentrokan dengan anak,” katanya.

Kak Seto mengimbau, agar para pelajar bertindak secara cerdas. Marah dan emosi diperbolehkan tapi harus disalurkan dengan cara yang cerdas seperti penyampaian melalui tulisan puisi atau guru.

“Jadi agar siswa tidak jadi korban situasi hiruk pikuk, anak-anak tidak boleh terlibat dalam politik praktis. Orang tua dan guru harus lebih peduli pada anak-anak. Arahkan suara anak-anak, ajak terlibat diskusi dua arah. Dengan demikian anak merasa puas karena suaranya didengar dan bisa menyampaikan aspirasi,” pungkasnya. (dwi/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs