Sabtu, 23 November 2024

Pancasila Dimata Anak Muda Saat Ini

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi. Grafis: Zain suarasurabaya.net

Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh Selasa (1/10/2019) hari ini, memunculkan banyak pertanyaan tentang relevansitas Pancasila dimata anak muda Indonesia saat ini.

Akhyari Hananto Founder Good News From Indonesia (GNFI) menjawab keraguan itu dan mengatakan, Indonesia memiliki modal besar terhadap kaum muda karena mereka memiliki kebanggaan yang besar terhadap Indonesia.

“Relevan atau tidak, tapi ada satu hal yang harus diperhatikan. Mereka bangga sekali dengan Indonesia dan itu menjadi modal besar. Kita tinggal menanamkan benih-benih pada kebanggaan itu,” kata Akhyari Hananto atau sering disapa Ari tersebut.

Meski tidak banyak anak muda yang terang-terangan menyebarkan slogan-slogan cinta tanah air, tapi menurut Ari, anak muda lebih suka mengaplikasikan langsung nilai-nilai Pancasila tersebut.

Ari mencontohkan aksi yang dilakukan anak muda di seluruh Indonesia beberapa waktu terakhir. Mereka yang didominasi para mahasiswa dan elemen masyarakat, serentak untuk turun ke jalan menolak penetapan beberapa RUU dan mengkritisi UU KPK yang baru. Menurutnya, hal itu perlu dihargai karena anak muda sudah berani menyuarakan langsung pemikiran mereka.

“Terlepas dari adanya insiden (aksi), kita harus hargai betul anak muda yang telah berani menyuarakan sikapnya. Mereka berani mengorbankan diri turun ke jalan, menyuarakan suara banyak orang yang tidak punya waktu untuk melakukannya, dan ini sejalan dengan nilai-nilai para pendahulu kita,” papar Ari kepada Radio Suara Surabaya.

Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai persatuan, musyawarah, kemanusiaan, kerakyatan, dan nilai keadilan.

PR Indonesia Kedepan

Akhyari mengatakan, meski semangat yang besar masih dimiliki anak muda, namun Indonesia memiliki ‘PR’ besar yang harus segera selesaikan. Diantaranya tentang lambatnya kemajuan Indonesia yang dibanding negara-negara lain, khususnya di Asia Tenggara.

“Indeks demokrasi kita turun, kita terendah dalam 20 tahun terakhir, kita dibawah Timor Leste, Malaysia dan Filipina. Indeks kebebasan pers kita turun. Bahkan indeks inovasi kita terbawah nomor dua di Asia Tenggara,” jelas Ari.

Menurutnya, kelambatan ini diakibatkan faktor-faktor politik yang menjadi pemecah bangsa. Indonesia dianggap terlalu disibukkan dengan isu-isu politik dalam negara, yang menghambat warganya berfikir maju tentang inovasi kedepan.

“Kalau kita amati, ruang publik kita setiap hari kita dipenuhi berita-berita politik yang banyak tidak menguntungkan. Filipina dulu maju, namun pada tahun 1980an terpecah belah. Kita maju saja belum masak sudah terpecah?” katanya.

Sehingga pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila kali ini, ia berharap Pancasila menjadi faktor pemersatu, dan membebaskan masyarakat dari isu-isu politik yang memecah belah.

Akhyari menegaskan, ada dua faktor yang menjadikan nilai-nilai Pancasila menjadi faktor pemersatu bangsa.

Pertama, Pancasila harus dipahmi dan diintegrasikan dalam kehidupan. Sehingga Pancasila tidak hanya menjadi slogan semata, namun juga nilai musyawarah, keadilan dan kemanusiaan, harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, Pancasila digunakan untuk memecahkan banyak masalah sosial. Menurut Ari, hal ini relevan karena nilai-nilai yang dikandung Pancasila sangat universal seperti nilai persatuan.(tin/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs